Skip to main content

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR PEMBANGUNAN DAN BUDAYA

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA TERHADAP PEMBANGUNAN APARTEMEN DI YOGYAKARTA


Makalah ini
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Dasar





DISUSUN OLEH
NAMA                 : INAYAH NOVELIA RIZKI
NPM                    : 13315328
KELAS                : 1TA03




JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNADARMA 2015













KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan bisa menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap pembangunan apartemen di Yogyakarta berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang, “perubahan sosial dan budaya terhadap pembangunan apartemen di Yogyakarta” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap pembangunan dan budaya kita.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya kepada pembaca sekalian. Terima kasih.

                                                Depok , 28 September 2015
Penulis














DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….......................................................ii
DAFTAR ISI ……………………………..……………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………….…………………………………………4
1.1 Latar Belakang…….………….…………………….………….……………….………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..……….5
1.3 Tujuan Penyusunan………………………………….………………………..………..5
BAB II PEMBAHASAN……………………….…………………….………..……………6
2.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………...………..…7
            2.1.1 Hakekat Apartemen ……………….………….………………………………7
2.2. Budaya masyarakat Yogyakarta kontemporer…………………….…………………..8

2.3 Faktor Investor membangun apartemen di Yogyakarta………………………………..9
2.4 Tujuan dan Manfaat Apartemen ………………………………….......………….….…10
2.5 Dampak Buruk Apartemen …...………………………………………….…………..…11

2.6 Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat………………………...……12

2.6.1. Perubahan Kebudayaan Di Masyarakat……………………………………..13

2.6.2. Dampak Perubahan Sosial Dan Kebudayaan Terhadap Masyarakat…………………………………………………………...…………….15
2.6.3 Perubahan Sosial yang terjadi di Yogayakarta…………………………………….……………………..………..…15
2.7 Dampak yang ditimbulkan oleh Apartemen terhadap lingkungan ..masyarakat……………………………………………………………………………….16
2.8 Sejauhmana Pengaruh Pembagunan Apartemen terhadap kebudayaan dan sosial masyarakat………………………………………………………………………………...…22

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..23
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….23
3.2 Saran……………………………………………………………..……………………….24
DAFTAR PUSTAKA….……………………………………….…………………………….25



















BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kota Yogyakarta mempunyai luas lahan  yang terbatas,  dan permintaan akan pemanfaatan lahan kota untuk pembangunan fasilitas perkotaan baik pemukiman, industri, dan penambahan jalur transportasi yang perlahan akan menyita lahan-lahan ruang terbuka lainnya di wilayah perkotaan. Perkembangan pembangunan di perkotaan selain mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan warga kota juga menimbulkan dampak negatif. Selain sebagai kota wisata,  Yogyakarta merupakan tempat berdirinya hotel,  apartemen, dan gedung-gedung tinggi yang membuat pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang tinggi di kawasan tersebut  akan berdampak pada perubahan ciri khas sebuah kota, baik berupa fisik, sosial dan budaya. Tidak dapat dipungkiri  dengan adanya faktor-faktor tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan kota Yogyakarta  bertambah pesat.
Selain itu pertumbuhan masyarakat  Yogyakarta dari segi ekonomi juga  semakin meningkat, hal ini dapat diketahui dengan banyaknya kendaraan-kendaraan mobil, maupun motor yang ada di Kota Yogyakarta. Dan ditambah lagi sekarang perguruan tinggi  yang ada di Yogyakarta banyak diminati oleh masyarakat luas khususnya yang ada di luar daerah. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka akan adanya perubahan struktur dan infrastruktur secara signifikan di Kota Yogyakarta.  Jika Pemerintah Kota Yogyakarta tidak dapat meminimalisir atau mencegah  serta memberikan solusi terhadap perubahan struktur dan infrastruktur tersebut maka yang akan terjadi adalah adanya perubahan tata letak dan tata wilayah kota yang tidak sama dengan sebelumnya.
Dengan adanya pembangunan tersebut maka berakibat pada kerusakan lingkungan dan polusi udara yang semakin parah. Itu disebakan karena banyaknya kendaraan bermotor yang ada membuat macet jalanan dan Ruang Terbuka Hijau Berkurang. Akibatnya dari pencemaran udara kini semakin meningkat dan suhu kota pun jadi berubah menjadi panas. Dan dengan adanya pembangunan –pembangunan pertokoan seperti itu juga mengakibatkan kurangnya daerah resapan air, sehingga  jika Kota Yogyakarta  ketika di guyur hujan maka otomatis terjadi banjir. Itu semua disebabkan karena kurangnya Ruang Terbuka Hujau yang ada di Kota Yogyakarta itu bisa menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup.
Di dalam UU No. 26 Pasal 2 dan 3 tahun 2007 telah jelas bahwa penataan ruang itu harus sesuai dengan keserasian, keterpaduan, keterbukaan karena itu digunakan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang nyaman, aman, produktif,  dan berkelanjutan. Jadi dalam  UU No. 26 tahun 2007 itu menyebutkan bahwa Ruang Terbuka Hijau tersebut sangat penting karena itu menyangkut dengan kepentingan masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang layak dan bebas dari polusi. Karena itu  Ruang Terbuka Hujau selain untuk meminimalisir  polusi udara yang ada bahkan juga dapat  dijadikan sebagai paru-paru kota.
Undang-Undang Republik Indonesia  Nomor 23 tahun 1997 Pasal 1 Tentang Lingkungan Hidup disebutkan bahwa Dimana Lingkungan Hidup dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup Sumber Daya Alam (SDA) seperti air, udara, tanah, hutan dan lainnya merupkan simber daya yang penting bagi kelangsungan makhluk hidup termasuk manusia. Bahkan SDA ini tidak hanya mencakup kebutuhan hidup manusia saja, tetapi juga dapat memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan yang lebih luas. Namun  semua itu bergantung pada bagaimana pengelolaan SDA tersebut, karena pengelolaan yang buruk akan berdampak pada kerugian yang ditimbulkan seperti misalnya banjir, pencemaran air, sumur kering dan sebagainya.
Beberapa tahun belakangan, telah banyak terjadi permasalahan dan isu-isu lingkungan yang terjadi di Yogyakarta seperti pembangunan hotel, mal, dan apartemen semakin menjamur. Banyak dampak negatif yang terus dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan tak sedikit pula yang merasa dirugikan olehnya.

 

1.2  Perumusan Masalah

·       Faktor apa saja yang mendorong investor membangun aparteman di?

·       Tujuan dan manfaat  pembangunan apartemen

·       Perubahan Sosial dan Budaya di Masyarakat

·       Bagaimana pembangunan apartemen mempengaruhi dampak social dan budaya?

·       Sejauhmana Pengaruh Pembagunan Apartemen terhadap masyarakat?

·       Dampak yang ditimbulkan oleh Apartemen terhadap lingkungan masyarakat

 

1.3  Tujuan Penyusunan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan aktivitas pembangunan apartemen di Yogyakarta seiring bertambahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh perpindahan penduduk dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga mengidentifikasi perbandingan pembangunan apartemen dengan rumah kumuh dan mengetahui semakin banyak pengusaha lain untuk membangun fasilitas-fasilitas demi memenuhi kebutuhan penghuni apartemen seperti mall, rumah sakit dan sekolah. Serta mengindentifikasi dampak yang diakibatkan oleh apartemen tersebut dibidang lingkungan , social maupun budaya di sekitar masyarakat

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

            Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudiandigariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27/1999 Pasal 1). Hasil studi ini terdiri dari dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). kelayakan lingkungan hidup oleh Pemerintah.

2.1.1 Hakekat Apartemen

Apartemen adalah blok bangunan yang di dalamnya terbagi-bagi dalam sejumlah ruang atau unit, yang dipasarkan secara strata-title atau disewakan. Di luar itu, ada juga istilah kondominium yang juga merujuh kepada apartemen. Keduanya pada dasarnya sama pengertiannya. Yang membedakan hanya istilahnya. Kondominium adalah penguasaan beberapa atau sejumlah orang atas sebuah properti atau bangunan besar. Jadi apartemen lebih menunjuk ke pengertian fisik, sedangkan kondominium merujuk kepada hak atau istilah legal. Kondominium, atau kondo, adalah bentuk hak guna perumahan dimana bagian tertentu real estat (umumnya kamar apartemen) dimiliki secara pribadi sementara penggunaan dan akses ke fasilitas seperti lorong, sistem pemanas, elevator, eksterior berada dibawah huukm yang dihubungkan dengan kepemilikan pribadi dan dikontrol oleh asosiasi pemilik yang menggambarkan kepemilikan seluruh bagian. Sebutan ini sering digunakan untuk merujuk pada unit itu sendiri menggantikan kata "apartemen". Nah seiring perkembangan zaman telah banyak sekarang yang menyediakan apartment/kondominium yang dijual ke konsumen (jual apartemen atau jual kondominium). Kondisi fisik dari Apartemen, kelengkapan fasilitasnya sangat lengkap, dan  juga menjadi daya tarik tersendiri. Sarana kebugaran seperti fitness center, kolam renang, jogging track, taman bermain, minimarket, restoran, cafe, dan fasilitas lainnya akan membuat penghuni apartemen tidak perlu pergi terlalu jauh untuk memenuhi kebutuhannya. Dan juga penataannya yang lebih bagus di bandingkan rumah susun. Tingkat keamanan dari apartemen juga lebih baik karena adanya penjagaan 24 jam dan CCTV yang memantau, sehingga penghuni dapat lebih tenang ketika harus meninggalkan unitnya. Ini merupakan hal yang penting karena sebagian besar masyarakat perkotaan yang bekerja akan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar, baik untuk bekerja, makan atau rekreasi.

2.2  Budaya masyarakat Yogyakarta kontemporer

Definisi budaya berdasarkan KBBI adalah semua hasil karya dan pemikiran manusia. Oleh karena itu dalam peninjauan, budaya dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu mentifak, sosiofak, dan artefak(Koentjaraningrat, 1990). Mentifak berkaitan dengan pemikiran dan falsafah dasar kebudayaan, sosiofak berkaitan dengan perilaku dan penerapan nyata ideofak dalam kehidupan, dan artefak merupakan hasil nyata dari sebuah kebudayaan yang dapat berupa barang, tarian, teks, atau lagu. Ketiga bagian dari kebudayaan ini dapat dianalisis untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam budaya yang dianut suatu masyarakat.
Yogyakarta dalam peta kebudayaan Jawa termasuk dalam wilayah kebudayaan Nagarigung atau daerah pusat kerajaan. Dahulu, nilai-nilai budaya lahir dari dalam lingkungan keraton sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku bagi masyarakat di lingkungan tersebut. Hal ini menyebabkan masyarakat yang dekat dengan keraton mengenal lebih dekat nilai-nilai budaya tersebut. Secara umum, dari hasil survey yang pernah dilakukan, menunjukkan bahwa hingga kini sebagian besar masyarakat Yogyakarta masih memegang teguh tradisi para pendahulu mereka, sehingga pemahaman mereka terhadap berbagai falsafah hidup masih sangat kuat (Gauthama, 2003, p. 38). Pemahaman ini ditunjukkan oleh pemahaman mengenai lima hakekat pokok budaya Jawa yang disebutkan oleh Koentjaraningrat. Di Yogyakarta, pemahaman mengenai hakekat tersebut adalah sebagai berikut:
Hakekat Pokok
Paham
Tidak Paham
Hakekat Hidup
96.35%
3.65%
Hakekat Kerja
96.35%
3.65%
Hakekat Waktu
72.37%
27.63%
Hakekat Hubungan Antarmanusia
100%
0%
Hakekat Hubungan Manusia dan alam
73.15%
26.85%
Sumber: (Gauthama, 2003)
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara ideofak, budaya Jawa di Yogyakarta masih terjaga dengan cukup baik, lebih baik dari daerah-daerah lain di Jawa. Hal ini disebabkan adanya keterkaitan budaya antara masyarakat Yogyakarta dan keraton. Keraton di Yogyakarta menjadi penjaga nilai dan budaya.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, perubahan perilaku dan gaya hidup juga terjadi di Yogyakarta terutama pada generasi muda. Pemahaman falsafah budaya belum tentu diaplikasikan di kehidupan nyata. Salah satu contoh nyata adalah penggunaan bahasa dalam kehidupan. Penggunaan bahasa ngokoketimbang bahasa krama terhadap orang tua sudah mulai dimaklumi dan menjadi hal yang wajar(Gauthama, 2003, p. 266). Artinya, interpretasi nilai-nilai kesopanan dan penghormatan sudah mulai berubah. Bentuk lain dari perubahan perilaku adalah berubahnya hubungan sosial di dalam masyarakat. Hubungan kekeluargaan di dalam masyarakat Yogyakarta sudah mulai berkurang akibat gaya hidup modern yang mendorong orang untuk bersifat individualis. Pekerjaan yang menuntut orang untuk bepergian mengurangi waktu yang tersedia untuk bersosialisasi dengan orang lain. Beberapa orang bahkan tidak menyukai bersosialisasi (Gauthama, 2003, p. 268). Hubungan antarmanusia sekarang bersifat lebih praktis dan orang-orang dapat menikmati kebebasan individual, bebas dari kekangan komunal masyarakat. Selain itu, penggunaan sistem kasta sudah hampir dihilangkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Etika penghormatan tradisional terhadap orang-orang berkasta tinggi sepertiningrat tidak lagi penting bagi sebagian besar masyarakat Yogyakarta, walaupun menjadi darah biru tetap menjadi kebanggaan dan status di dalam masyarakat. Dari perubahan-perubahan di atas, dapat disimpulkan bahwa falsafah budaya Jawa di Yogyakarta tidak diterapkan di dalam masyarakat. Artinya, secara sosiofak, budaya Jawa sudah mulai hilang dari masyarakat Yogyakarta.

2.3 Faktor Investor membangun apartemen di Yogyakarta
Potensi terjun ke investasi apartemen sangat menjanjikan. Bahkan, pengembaliannya bisa mencapai 100 persen. Ini bisa terjadi seandainya Anda membeli satu unit apartemen sebelum proyeknya dimulai. Dua sampai tiga tahun kemudian unit apartemen yang Anda beli harganya sudah dua kali lipatnya.
Hunian apartemen akan menjadi trend hunian masa yang akan datang di kawasan yogyakarta. Banyak faktor yang melatar belakangi fenomena ini, semakin sulitnya lahan hunian dikawasan kota yogyakarta karena semakin mahalnya harga tanah tentunya. Selain itu kawasan yogyakarta merupakan kota tujuan kota yogyakarta merupakan kota pendidikan, kota budaya dan juga tentunya kota yang baik untuk menjalankan bisnis. Dengan kata lain banyak penduduk menjadi salah satu faktor dalam trend hunian apartemen yang akan datang. Sehingga investasi hunian apartemen di yogyakarta akan banyak dicari orang, hunian apartemen juga memiliki kelebihan yang tidak ada dimiliki oleh hunian rumah. ”Tren kedepan itu minimalis dan vertikal, selama ini masih tergolong baru karena budaya konsumen yang terbiasa landed house,” jelas Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIJ Remigius Edi Waluyo kemarin (25/6).
Menurutnya kedepan hunian vertikal tidak dapat dihindari. Terlebih dengan kondisi harga tanah yang semakin  naik. Saat ini DIJ juga sudah banyak diincar pengembang besar. Terutama yang membangun hunian vertikal, seperti apartemen dan kondotel. Remi berharap para pengembang lokal Jogjakarta juga bisa mengikuti membangun apartemen maupun kondotel. Saat ini baru sekitar 10 persen saja pengembang asli Jogja yang sudah mulai mengembangkan hunian vertikal. ”Apartemen akan jadi tren karena landed house dalam kota akan jadi mahal,” ungkapnya. Remi menjelaskan untuk saat ini masih lebih banyak pengembang yang membangun kondotel dibandingkan apartemen. Hal itu disebabkan kondotel bisa digunakan sebagai sarana investasi. Dalam jangka waktu tertentu akan digunakan sebagai kamar hotel. Terlebih okupansi hotel di Jogja, terang Remi, relatif masih tinggi terutama saat liburan. Untuk masa kedepan akan banyak bisnis properti yang melirik hunaian apartemen, dan bagi anda yang ingin investasi dalam hunian apartemen tidak menjadi hal yang merugikan.

2.4 Tujuan dan Manfaat Apartemen
Apartemen biasanya dibangun di lokasi-lokasi strategis, yang dekat dengan pusat bisnis atau perkantoran. Maka, dengan tinggal di apartemen yang dekat dengan tempat bekerja akan mampu mengurangi kelelahan dan stres di jalan. Anda juga dapat tiba di tempat tinggal lebih cepat sehingga waktu istirahat lebih banyak.
Mereka juga tidak direpotkan untuk mengurus taman, sarana pembuangan, air, atau sirkulasi udara karena sudah ada pengelola yang bertanggung jawab akan hal itu.
faktor lokasi sebagai tempat tinggal. Padahal dengan lokasi yang dekat dengan tempat kerja atau kantor, kemacetan lalu lintas sedikit banyak bisa teratasi.
Beruntung, kini ada program apartemen dengan subsidi pemerintah yang lokasinya cenderung dekat dengan pusat keramaian. Harganya pun relatif terjangkau oleh kocek karyawan berusia muda dengan penghasilan antara Rp 2,5 juta hingga Rp 4 juta.
Bangunan vertikal yang kehadirannya kian marak di kota-kota besar belakangan ini memang menjanjikan banyak hal positif.
1. Lokasi jelas merupakan poin jual yang paling diunggulkan.
Umumnya apartemen tengah kota, berdekatan dengan kantor, mal, bahkan rumah sakit. Dengan lokasi yang strategis, nyaris tak ada lagi waktu yang terbuang percuma hanya karena kemacetan lalu lintas. Bahkan pihak pengembang—umumnya pengembang swasta—biasanya juga menyediakan berbagai fasilitas pendukungnya seperti kolam berenang, jogging track, tennis court, playground, bahkan taman bermain dan taman kanak-kanak.
2. Letak apartemen yang berdekatan dengan kantor otomatis akan membuat Anda menghemat BBM.
Bujet untuk trasportasi pun dapat dihemat. Bahkan bila letak kantor sangat dekat, tak menutup kemungkinan bagi Anda untuk berjalan kaki ke kantor. Jika dilakukan setiap pagi saat berangkat kantor, badan pun jadi bisa sehat karenanya.
3. Pemakaian air dan listrik juga dapat dihemat karema Anda tidak perlu menyediakan lampu taman, pompa air, dan sebagainya.
Bagi Anda yang masih lajang, tinggal di apartemen tentu akan lebih hemat dan nyaman.
4. Dengan lahan yang terbatas biasanya luas apartemen tidak seberapa besar. Hal ini tentu akan sangat memudahkan Anda untuk membersihkannya.
Bahkan bila perlu, Anda tak usah menggunakan jasa pembantu.
Sistem keamanan apartemen yang lebih dan terjaga menjadikannya sebagai hunian yang lebih aman dan nyaman ketimbang rumah biasa.

2.5 Dampak Buruk Apartemen
Ketersedian air
Pembangunan apartemen Uttara dengan menawarkan hunian 19 lantai dan 3 basement tentu akan membutuhkan banyak persediaan air. Pihak apartemen menjelaskan bahwa sumur yang mereka gunakan pada kedalaman 60 meter sedangkan warga menggunakan sumur pada kedalaman 10 meter. Beradasarkan kenyataan yang terjadi di Fave Hotel atau di tempat lain, wajar bahwa kemudian warga sangat khawatir jika sumur yang biasa mereka gunakan akan mengering. Air adalah salah satu sumber kehidupan yang paling penting untuk manusia dimana segala aktivitasnya akan sangat memerlukan ketersediaan air. Warga tentu menyayangkan ketika air yang bertahun-tahun gratis mereka rasakan kemudian akan kering dan membayar kepada PDAM, notebene warga kurang begitu suka dengan air yang disdiakan PDAM. Pihak apartemen juga kurang mampu memanfaatkan lahan resapan, hal ini dibuktikan dengan dibuatnya 3 basement ke bawah. Secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan mempengaruhi resapan air yang berimbas pada ketersediaan air di sekitar pemikiman warga.
Banjir yang semakin hari semakin parah
Dengan banyaknya pembangunan di sekitar jalan kaliurang maka warga sangat khawatir akan terjadi banjir yang parah karena tidak adanya resapan air yang cukup. Dapat dicontoh dari kota metropolitan, Jakarta. Pembangunan gedung menjulang tinggi diman-mana akan menyebabkan lahan resapan air berkurang tertutup beton dimana-mana sehingga ketika musim hujan tiba banjir menjadi satu bencana yang terelakkan. Tentu warga Karangwuni dan warga Yogyakarta tak ingin mengalami hal serupa. Jangan sampai keuntungan yang didapat satu pihak dapat merugikan pihak-pihak lain yang lebih parah.
Kemacetan yang tak bisa dihindari
Letak apartemen Uttara sangat strategis di jalan Kaliurang Km 5,3 dimana setiap hari banyak kendaraan lalu lalang melintasi kawasan tersebut. Warga Karangwuni dan Yogyakarta dengan adanya apartemen ini akan memperparah kemacetan yang terjadi terutama di jam-jam sibuk seperti berangkat dan pulang kerja. Penghuni 19 lantai dan kendaraan yang terparkir di 3 basement memperlihatkan banyaknya kendaraan yang akan menambah parah macetnya jalan Kaliurang kelak. Selain itu teguran dilayangkan kepada pihak pengelola apartemen karena melanggar peraturan bahwa setelah pukul 5 sore kegiatan pembangunan akan selesai. Kenyataannya pada malam hari proses pembangunan masih terus berlanjut. Tentu saja hal ini akan mengganggu kenyamanan warga di malam hari.
Ketersediaan Lahan berkurang
Semakin banyak pembangunan vertical yang menigililingi tanah Yogyakarta yang mempunyai lahan terbatas dan juga tanah yang rawan gempa menjadi dampak buruk yang berpengaruh , karena dengan adanya pembangunan daerah pemukiman warga desa yang mempunyai sifat kearifansocial dan budaya yang tinggi pun harus tergusur dan membuat masyarakat harus berpencar mencari pemukiman yang baru.

2.6 Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat

2.6.1. Perubahan Kebudayaan Di Masyarakat

1. Pakaian
Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Dengan mudah mereka dapatkan di Mall kota mereka  Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu.
3. Kesenian
Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang.
4. Bahasa Daerah
Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut.
5. Masuknya Budaya Barat
Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan menggunakan alat-alat teknologi tersebut.
Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.
Itulah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat. Semua masyarakat pasti saja akan mengalami perubahan sosial budaya. Namun, perubahan tersebut umumnya tidak dirasakan atau tidak terjadi pada masyarakat terpencil.

2.6.2. Dampak Perubahan Sosial Dan Kebudayaan Terhadap Masyarakat
     Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak negatif dan positif.
A. Akibat Positif
Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment, sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut integrasi.
B. Akibat Negatif
Akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment. Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang bersangkutan.
Apabila perubahan sosial budaya tersebut tidak berpengaruh pada keberadaan atau pelaksanaan nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan positif. Namun, jika perubahan sosial budaya tersebut menyimpang atau berpengaruh pada nilai dan norma maka perilaku masyarakat akan negatif.
Terdapat beberapa tanggapan masyarakat sebagai dampak perubahan sosial yang menimbulkan suatu ketidakpuasan, penyimpangan masyarakat, ketinggalan, atau ketidaktahuan adanya perubahan, yaitu sebagai berikut.
  1. Perubahan yang diterima masyarakat kadang-kadang tidak sesuai dengan keinginan. Hal ini karena setiap orang memiliki gagasan mengenai perubahan yang mereka anggap baik sehingga perubahan yang terjadi dapat ditafsirkan bermacam-macam, sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mereka miliki.
  2. Perubahan mengancam kepentingan pihak yang sudah mapan. Hak istimewa yang diterima dari masyarakat akan berkurang atau menghilang sehingga perubahan dianggapnya akan mengancangkan berbagai aspek kehidupan. Untuk mencegahnya, setiap perubahan harus dihindari dan ditentang karena tidak sesuai kepentingan kelompok masyarakat tertentu.
  3. Perubahan dianggap sebagai suatu kemajuan sehingga setiap perubahan harus diikuti tanpa dilihat untung ruginya bagi kehidupan. Pembahan juga dianggap membawa nilai-nilai baru yang modern.
  4. Ketidaktahuan pada perubahan yang terjadi. Hal ini meng­akibatkan seseorang ketinggalan informasi tentang perkem­bangan dunia.
  5. Masa bodoh terhadap perubahan. Hal itu disebabkan perubahan sosial yang terjadi dianggap tidak akan menimbulkan pengaruh bagi dirinya.
  6. Ketidaksiapan menghadapi perubahan. Pengetahuan dan kemampuan seseorang terbatas, dampak perubahan sosial yang terjadi ia tidak memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Akibat atau dampak perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat dapat berbentuk antara lain sebagai berikut :
1.      Pergolakan dan Pemberontakan
Proklamasi dikumandangkan sebagai pernyataan kemerdekaan Indonesia dapat diterima di berbagai daerah walaupun tidak secara bersamaan. Rakyat menyambut dan mendukungnya. Oleh karena itu, segera dibentuk suatu tatanan dan kehidupan sosial baru. Rangkaian peristiwa itu disebut revolusi. Adanya pergolakan dan pemberontakan di berbagai daerah pascakemerdekaan, berlujuan untuk menjatuhkan kedudukan penguasa pada saat itu, sekaligus menyatakan kelidaksetujuan mereka terhadap ideologi pemerintah.
2.      Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian.
Protes merupakan aksi tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap suatu kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa solidaritas antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.
3.      Kriminalitas
Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke arah yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan dalam kehidupannya.
Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban yang dilakukan.
4.       Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Bangsa Indonesia yang sedang membangun perlu memiliki sistem administrasi yang bersih dan berwibawa, bebas dari segala korupsi, kolusi, dan nepotisme. Masalah korupsi menyangkut berbagai aspek sosial dan budaya maka Bung Hatta (dalam Mubyarto) mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya. Apabila hal ini sudah membudaya di kalangan bangsa Indonesia atau sudah menjadi bagian dari kebudayaan bangsa akan sulit untuk diberantas. Akibatnya, ha! tersebut akan menghambat proses pembangunan nasional. Untuk memberantas korupsi, tidak hanya satu atau beberapa lembaga pemerintahan saja yang harus berperan, tetapi seluruh rakyat Indonesia harus bertekad untuk menghilangkan korupsi.
5.       Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.
Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat menga­kibatkan berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat mengakibatkan disintegrasi.

2.6.3 Perubahan Sosial yang terjadi di Yogayakarta
Yang menarik adalah buku dari Selo Soemardjan yang membahas perubahan sosial di Yogyakarta. Bahwa ternyata Sri Sultan berpandangan selangkah lebih maju dari para pendahulunya dalam menyikapi perubahan sosial yang membawa pengaruh terhadap kedudukan para keluarga Istana. Bahkan beliau yang mendorong para bangsawan ini untuk bekerja keras, membuka pintu pintu keraton simbol keangkuhan masa silam dan mempersilakan rakyatnya masuk bertemu dengannya serta menyelesaikan masalah keseharian. Kesadaran bahwa sudah saatnya kehidupan keluarga istana yang serba mewah harus diakhiri karena di luar tembok bermunculan para akademisi yang mempunyai kemampuan melebihi kaum bangsawan. Mungkin mirip dengan fenomena para mbok Mase di Surakarta. Bagaimana ia bekerja membentuk badan badan yang mengelola ekonomi rakyat, mengenalkan sedikit demi sedikit administrasi kepegawaian kepada rakyatnya dan membimbing rakyat untuk mulai berinisiatif dalam penyelesaianmasalah.
Tidak seperti saudaranya di Surakarta yang masih sibuk dengan perselisihan kuno Surakarta-Mangkunegaran. Ia justru tidak segan segan bekerja sama dengan Paku Alam demi melancarkan tugas tugasnya.  Memang tidak semua pekerjaannya berhasil karena adanya benturan benturan dengan partai politik maupun ketidaksiapan para personil yang ditunjuk, tapi itu merupakan pembuktian bahwa ia memang memiliki ketajaman visi yang seharusnya dimiliki oleh seorang Raja
Di tangannya Yogyakarta dengan selamat mengarungi masa masa panas pasca proklamasi kemerdekaan.

2.7 Dampak yang ditimbulkan oleh Apartemen terhadap lingkungan masyarakat

Apartemen adalah tempat tinggal massal, rata-rata apartemen memiliki tinggi lebih dari 10 lantai. Setiap lantai memiliki beberapa "rumah" yang bisa ditinggali oleh beberapa keluarga. Memang tujuan dari pembangunan apartemen ini bagus yaitu untuk meminimalisasi penggunaan lahan untuk tempat tinggal. Jika perumahan konvensional menggunakan lahan secara horisontal maka apartemen menggunakan lahan secara vertikal. Cara ini sangat ampuh untuk meminimalisasi penggunaan lahan.
Jika ada dampak positif maka tentu akan ada dampak negatif. Begitu pula dengan pembangunan apartemen di margonda raya ini. Dampak negatif pertama dari pembangunan apartemen ini adalah bertambahnya kemacetan di jalan margonda raya. Coba kita bayangkan akan ada berapa ratus atau mungkin berapa ribu orang yang akan tinggal di apartemen tersebut. Jika di pagi hari orang-orang tersebut berkegiatan sepergi pergi bekerja dan pergi ke sekolah tentu akan menambah jumlah kendaraan yang tumpah ruah di jalan margonda raya. Sekarang saja sudah macet apalagi jika nanti apartemen itu telah dihuni dan penghuninya menggunakan kendaraannya untuk bepergian.
Dampak kedua yang mungkin akan timbul adalah habisnya air tanah di bawah permukaan. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya kebutuhan air di apartemen tersebut. Coba bayangkan berapa liter air yang dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Developer tentu tak mau ambil repot. Mereka tinggal bor tanah lalu sedot airnya. Padahal jika air yang disedot terlalu banyak maka bisa menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah. Pembangunan hotel dan mal yang semakin marak dalam beberapa tahun terakhir di Daerah Istimewa Yogyakarta, ternyata membawa dampak buruk bagi lingkungan. Dalam diskusi Jogja Sold Out di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada, Rabu, (22/04/2015), warga Miliran, Kota Yogyakarta, Dodok Putra Bangsa mencontohkan sejak pendirian Fave Hotel, sumur warga Miliran mengering.
“Sumur-sumur warga mengalami kekeringan sejak muncul hotel tersebut. Kami jadi korban pembangunan Fave Hotel. Sejak beroperasi 2012 silam sumur warga jadi kering. Padahal sejak saya hidup disini dan kecil sumur tidak pernah kering meski musim kemarau,” kata aktivis gerakan Jogja Asat itu. Sementara itu, aktivis lingkungan RM. Aji Kusumo menilai bahwa pembangunan hotel maupun mal lebih banyak memunculkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar. “Pembangunan hotel dam mal dengan modal investor tidak menguntungkan warga karena keuntungan hanya masuk ke kantong mereka sendiri (investor),” kata Aji. Meski merugikan masyarakat, pembangunan gedung komersil tetap berjalan karena ada dukungan dari aparat kepolisian. Bahkan tidak jarang mendapat dukungan ilmiah dari kalangan akademisi yang luput dari fokus pembangunan yang berkeadilan.
Hasil penelitian FNKSDA menunjukkan driver berasal dari sektor populasi, turisme, industri batik, perubahan iklim, kapasitas lembaga dan individu, serta manajemen data. Faktor driver itu memberikan tekanan (pressure) terhadap sumber daya air di Kota Yogyakarta dan sekitarnya berupa debit konsumsi dan buangan air yang dihasilkan dari populasi terkait yang menunjukkan tingginya beban terhadap sumber daya air.
Beban dari arah populasi ini diperparah oleh kondisi lingkungan global berupa perubahan iklim yang ditandai dengan semakin menurunnya curah hujan secara suksesif dalam beberapa tahun. Sementara respons kebijakan dari pemerintah daerah justru kontraproduktif karena memicu mobilisasi permohonan izin pendirian hotel yang baru. Tekanan tersebut pada gilirannya menghasilkan kondisi (state) berupa penurunan muka air tanah di Kota Yogyakarta dan sekitarnya serta kontaminasi nitrat dan bakteri e-coli. Di bidang institusi, terlihat bahwa tidak ada badan otoritas yang melakukan monitoring dan mengelola akuifer Merapi sebagai sumber air tanah bagi daerah Yogyakarta, Bantul, dan Sleman. Tekanan dari sistem tata kelola ini menyebabkan tidak adanya manajemen data hidrologi yang baik. Dalam hal pelayanan publik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di ketiga daerah ini juga sangat lemah.
Tekanan-tekanan itu pada akhirnya menghasilkan dampak (impact) terhadap kondisi sumber daya air dimana harga air menjadi mahal bagi populasi dan buruknya kuantitas dan kualitas air di daerah ini. Sebagai ilustrasi, untuk kasus Sleman, hasil simulasi 10 tahun menunjukkan angka ekstraksi yang “terterima” adalah 28.968 liter/hari, sementara kebutuhan air minum (saja) untuk 1.114.833 orang warga Sleman mencapai 3.344.499 sampai dengan 4.459.332 liter/hari. Selisih angka ekstraksi air tanah terterima dan kebutuhan ini sangat jauh.
Dampak dari lemahnya database hidrometereologi adalah susahnya membangun model sumber daya air yang meyakinkan. Dampak akan keringnya sumur warga pun menjadi pertimbangan masyarakat jika pembangunan apartemen tersebut terus dilakukan. Pasalnya, hampir semua warga disana menggunakan air sumur demi memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, walaupun pihak pendiri apartemen telah mengatakan bahwa mereka akan menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) guna memenuhi kebutuhan air apartemen mereka dan hanya akan melakukan pengeboran sumur dalam sebagai cadangan saja. Warga tidak semudah itu untuk percaya dengan pernyataan pihak pendiri apartemen, menurutnya, itu hanyalah teori dan kita tidak tahu praktik kedepannya akan seperti apa.

2.8 Sejauhmana Pengaruh Pembagunan Apartemen terhadap kebudayaan dan sosial masyarakat
Nilai Budaya Indonesia akan berubah itu Bisa saja, Dengan semakin banyak orang tinggal di apartemen,maka mereka dapat saja tidak bersosialisasi.menjadi masyarakat yang egois,hidup menyendiri,tidak ramah,karena telah menjadi masyarakat “penghuni rumah beton”.Tetapi, dengan adanya kegiatan warga,di RT, seperti arisan,temu warga, hal hal seperti itu dapat di cegah,karena dapat tetap mempererat tali silaturahmi. Namun bila apartemen hanya dijadikan tempat transit,atau tempat beristirahat,maka apartemen tidak ubahnya seperti tempat kost,dan bisa menjadi tempat yang tidak bertanggung jawab.
Dengan adanya Pembangunan Apartemen tersebut dampak dari segi ekonomi pun terpenuhi karena banyaknya masyarakat yang ingin semua instan ,dan  budaya mengkonsumsi masyarakat pun makin tinggi tetapi kurangnya lapangan pekerjaan yang tercipta membuat pengangguran meningkat, kehidupan social dari strata pun makin terlihat dari kalangan kaya raya hingga kalangan rakyat miskin. Itu juga dapat memicu kriminalitas di lingkungan masyarakat, terjadinya KKN karena ingin meningkatkan pundi-pundi kekayaan. Dan ada juga penyalahgunaan Apartemen untuk berbuat kejahatan dari tangan yang tak bertanggung jawab.
Dan membuat Tingginya Tingkat Individulitas Di Kota Berbudaya, Seperti yang kita ketahui Yogyakarta merupakan kota daerah istimewa di Indonesia. Masih tinggi tingkat budaya keraton jawa yang masih melekat di daerah itu, membuat masyarakat Yogyakarta dan juga Perubahan di dalam masyarakat Yogyakarta telah menggeser nilai-nilai yang dahulu dianut oleh masyarakat tersebut. Walaupun secara falsafah nilai-nilai ini dipahami banyak orang, di dalam berperilaku, nilai-nilai ini tidak diterapkan sepenuhnya. Falsafah budaya Jawa sudah menjadi sesuatu yang usang di dalam masyarakat Yogyakarta, sesuatu yang ada tetapi tidak sepenuhnya terpakai. Hal ini tentu berpengaruh pada peran dan posisi keraton di dalam masyarakat Yogyakarta. Pandangan masyarakat berubah dari yang dahulu melihat keraton sebagai sumber otoritas utama di masyarakat, sekarang melihat keraton menjadi cagar budaya yang harus dilestarikan. Otoritas politik keraton tetap ada di masyarakat bukan karena pengakuan hirearki kesultanan tetapi pengakuan hirearki pemerintahan Republik Indonesia. Keraton mempunyai otoritas politik di masyarakat karena Sultan Hamengkubuwono X menjadi gubernur DI Yogyakarta bukan karena beliau menjabat Sultan.









BAB III
 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan pembangunan hotel, mal, apartemen di Yogyakarta begitu marak. Hal ini akan memberikan dampak yang beragam, positifnya adalah keuntungan ekonomi untuk pelaku usaha yang berada di sekitarnya, namun masalah lingkungan menjadi hal yang tak bisa dihindari mengingat kajian-kajian lingkungan yang diharapkan menjadi solusi nyatanya masih saja terjadi dan memberikan dampak buruk bagi warga. Sumur kering, banjir, dan kemacetan akan menjadi pemandangan sehari-hari ketika tak ada satupun yang mau dan berani berucap atas nama keadilan lingkungan. Kota Yogyakarta yang berhati nyaman jangan sampai berubah dan berhenti nyaman, kearifan lokal budaya kota Yogyakarta jangan sampai hilang dikubur bangunan  atas nama keuntungan dan keegoisan belaka. Semoga warga Yogyakarta bisa terus aktif, tanggap, dan menjaga kelestarian alam.

3.2 SARAN
Adanya perubahan sosial sebagai proses dalam pembangunan di Indonesia, diharapkan semua kalangan baik masyarakat maupun pemerintah menjalin kerjasama agar proses pelaksanaan pembangunan dapat tewujud dan tujuan nasional dapat tercapai. Pada dasarnya, pembangunan diarahkan ke kondisi better dan untuk hajat hidup masyarakat banyak. Oleh karena itu, setiap partisis masyarakat tidak boleh mempunyai sikap yang kontra terhadap pembangunan. Proses perubahan sosial melalui modernisasi dan globalisasi sebaiknya diambil dampak positifnya karena dampak positif seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan  teknologi  dan tentunya mendukung pembangunan di Indonesia.

Pembangunan dengan mempertimbangkan jenis lahan

Hendaknya pembangunan gedung-gedung di kota Jakarta tetap memperhatikan jenis lahan dimana bangunan itu hendak didirikan. Lokasi pembangunan yang kurang tepat justru akan merugikan masyarakat.

Pembanguan di daerah-daerah yang seharusnya menjadi drainase dan sanitasi pun tak perlu dilakukan.

Saat pembangunan dilakukan hendaknya pembangunan itu memiliki AMDAL dan izin dari pemerintah setempat dan tidak merugikanmasyarakat atau lingkungan di sekitar pembangunan tersebut
Harus adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh pembangunan yang sedang marak-maraknya di Indonesia, masayarakat juga harus tetap menonjolkan cirikhas budaya daerah masing-masing agar tidak terkubur oleh pembangunan.




























DAFTAR PUSTAKA
“ Apartemen di Yogyakarta layak kah?” “http://kophiyogya.org/apartemen-di-yogyakarta-layak-kah/.html” akses 25 September 2015
“ Pembangunan hotel dan mal di yogyakarta merusak lingkungan, mengapa? “ http://www.mongabay.co.id/pembangunan-hotel-dan-mal-di-yogyakarta-merusak-lingkungan-mengapa/ akses 25 September 2015
Johnson, P.D, 1988.Teori Sosiologi Klasik dan Modern I, Gramedia, Jakarta        
“ Dampak Pembangunan Apartemen” di akses 25 September 2015 http://adenuraini35.blogspot.co.id/2014/03/dampak-pembangunan-apartemen.html
“ Pembangunan Apartemen Hotel dan Apartemen ancam sumber air keistimewaan Yogyakarta” di akses 26 september 2015 http://www.mongabay.co.id/pembangunan-apartemen-hotel-marak-ancam-sumber-air-dan-keistimewaan-yogyakarta/
“Bisnis hunian apartemen menjadi trend masa depan Yogyakarta” diakses 28 September 2015 http://hipsi.org/bisnis-hunian-apartemen-menjadi-trend-masa-depan-yogyakarta/






Comments

Popular posts from this blog

Wawancara Bersama Bidan Profesi Mulia

Hallooo.. hi mau posting wawancara aku , febthy dengan bu bidan di salah satu tempat di kota jambi , khususnya didaerah kotabaru. wawancara ini dilakukan saat aku masih kelas 11 SMA di SMAN6 Kota Jambi sebagai Tugas. Kami mencari informasi Pandangan Hidup ibu RR.Tatiek yang sekarang menjadi bidan, bagaimana kisahi bu tersebut hingga menjadi seorang bidan yang melayani masyarakat? yukk baca wawancara kita guys. semoga bermanfaat.... TEMA                             : BIDAN SEBAGAI PANDANGAN HIDUP PEWAWANCARA         : -           INAYAH NOVELIA RIZKI -           FEBTHY DWI AULIA NARASUMBER             : BIDAN RR.TATIEK S. Inayah          : Selamat Siang buk Bidan            :  Ya.. Siang. Inayah          :  Permisi buk maaf mengganggu sebentar, bolehkah saya berbincang sebentar? Bidan            :  Iya boleh, ada apa ya ? Inayah          :  Perkenalkan kami siswi dari SMAN 6 saya Inayah Novelia Rizki Febthy          : Dan saya Febthy Dw

BUDAYA TARIAN MELAYU INDONESIA

TARI ZAPIN MELAYU Halloo , aku balik lagi nihh hihihi (so happy) Indonesia sangat beragam macam adat,istiadat dan kebudayaan , salah satunya TARI TRADISONAL adalah salah satu kebudayaan yang ada dlam suatu daerah di DUNIAA. Tarian sudah ditemukan sejak lampau (scroll this out)  Tari zaman prasejarah / zaman primitive Zaman primitif adalah zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar anatara tahun 20.000 SM – 400 M. Pada zaman masyarakat primitive ada 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu kemungkinan tari – tarian hanya diiringi dengan sorak – sorai serta tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang yang dibuat perunggu. Diantara lukisan – lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu – bulu burung

SISTEM PEMERINTAHAN AFRIKA SELATAN

SISTEM PEMERINTAHAN AFRIKA SELATAN Afrika selatan menerapkan sistem politik demokrasi anti-apartheid. Bentuk negara Afrika Selatan adalah kesatuan dan bentuk pemerintahan republik. Sistem pemerintahan di Afrika Selatan adalah presidensial. Parlemen di Afrika Selatan terdiri dari dua bagian, yaitu majelis nasional dan dewan nasional provinsi. Setiap Provinsi di Afrika Selatan mempunyai satu penggubal undang-undang negeri dan Majelis Eksekutif yang diketuai oleh seorang Perdana Menteri atau “Premier”. 1.     KEDUDUKAN PRESIDEN/RAJA/KAISAR Presiden Afrika Selatan memegang dua jabatan yaitu sebagai Kepala Negara dan juga Kepala Pemerintahan. Ia dipilih sewaktu Majelis Nasional ( National Assembly ) dan Majelis Provinsi-provinsi Nasional ( National Council of Provinces ) bergabung. Lazimnya, Presiden adalah pemimpin partai mayoritas di Parlemen. National Assembly mempunyai 400 anggota yang dipilih melalui pemilu secara perwakilan proporsional. National Council of Provinces