Skip to main content

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR TEMA MAKALAH IPTEK DAN KEMISKINAN


PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP EKONOMI , PEMBANGUNAN DAN  KEMISKINAN DI NEGARA JEPANG

Makalah ini
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Dasar







DISUSUN OLEH
NAMA: INAYAH NOVELIA RIZKI
NPM: 13315328
KELAS : 1TA03


JURUSAN TEKNIK SIPIL
TAHUN AJARAN 2015/2016



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan bisa menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui Perkembangan IPTEK di Negara Jepang berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang,”PERKEMBANGAN IPTEK,EKONOMI DAN PEMBANGUNAN TERHADAP KEMISKINAN DI JEPANG” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap pembangunan, IPTEK dan ekonomi  kita.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya kepada pembaca sekalian. Terima kasih.

                                                Depok , 9 January 2016


Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………….............................................ii
DAFTAR ISI ……………………………..……………………………,..………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………….…………………....………1
1.1 Latar Belakang…….………….…………………….………….……………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..…..2
1.3 Tujuan Penyusunan………………………………….………………………..…...2
1.4 Manfaat Makalah…………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………….…………………….………..……....3
2.1 Sejarah Pembangunan , Ekonomi  dan Industrial di Jepang …………....................3
2.2. Masyarakat Jepang dari Kemiskinan …………………………………..………....6
2.3 Awal Modernisasi Ekonomi……………………………………………….….…..10
2.4 Usaha Alih Teknologi………………….................................………….…............12
2.5 Pembangunan Ekonomi Jepang …...……………………………….…………..…14
2.6 Tahapan Perkembangan Industri di Jepang………….………………..........................….…16
2.7 PERKEMBANGAN PERAN DAN FUNGSI ZAIBATSU DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN JEPANG PADA MASA SEBELUM PD II………………………………………………...................................……18
2.8       Aplikasi Perkembangan Industri di Jepang……………….......................………………21

BAB III PENUTUP…………………………………….……………………………..24
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..…………24
3.2 Saran……………………………………………………………..…………….....,,25
DAFTAR PUSTAKA….……………………………………….……………………………...............……….……26











                                                                                                                                                        


BAB I
PENDAHULUAN

1.2  LATAR BELAKANG
Teknologi merupakan suatu sarana yang digunakan intuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Beberapa teknologi dewasa ini merupakan penerapan teknologi sains dalam kehidupan sehari-hari.
            Dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, perkembangan teknologi semakin berkembang pesat. Setiap diri manusia berusaha ingin mengembangkannya setiap saat guna mendapatkan kepuasan yang diinginkan. Kepuasan yang bisa membuat mereka merasa nyaman dan bahagia di dunia ini. Kepuasan yang bisa membuat semua orang merasa lebih sejahtera.
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.

Kalaupun teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan . Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan, oleh karena iptek tidak pernah bisa menjadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah manusia. 
Semakin maju suatu peradaban, berarti perkembangan teknologi juga akan semakin pesat. Perkembangan teknologi dinilai sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Banyak macam teknologi yang sudah dikembangkan dan itu membuat hidup manusia dari hari ke hari semakin lebih baik. Seperti halnya Negara Jepang

1.2   Rumusan masalah
1.       Apa faktor pendukung kepesatan teknologi Jepang?
2.       Bagaimana cara bangsa Jepang mencapai kemajuan teknologi tersebut?
3.       Bagaimana Ekonomi dan Kemiskinan terhadap masyarakat Jepang dengan kepesatan teknologi Jepang?
1.3   Tujuan penyusunan
Untuk mengetahui apa faktor pendukung kepesatan teknologi dan ekonomi di Jepang.
2.    Untuk mengetahui Bagaimana cara Bangsa Jepang mencapai kemajuan teknologi,industry dan pembangunan tersebut.
1.4    Manfaat Makalah
              Manfaat makalah ini adalah :
1.       Untuk menambah referensi pengetahuan bagi penulis mengenai kemajuan Iptek terhadapekonomi di negara Jepang.
2.       Untuk memberikan informasi kepada pembaca, mengenai perencanaan pembangunan di negara Jepang.

           

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Pembangunan , Ekonomi  dan Industrial di Jepang

Jepang merupakan negara kepulauan di Asia Timur yang terdiri dari sekitar 6.852 pulau dengan pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu(pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan dfree. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia.
Jepang adalah negara yang miskin akan bahan mentah terutama dalam industrialisasi bahan mentah sangat diperlukan. Sebagai negara di kawasan Asia yang ingin maju, maka Jepang sejak awal menjadi eksportir barangbarang industri supaya dapat menjamin tersedianya devisa baik untuk membiayai impor bahan mentah maupun mengimpor teknologi dan keahlian yang diperlukan untuk mengejar negara-negara industri maju terdahulu. Sejak awal langkahnya menuju industrialisasi Jepang mulai menggunakan sistem insentif yang kompleks bagi kegiatan produksi yang ditujukan sebagai substitusi impor. Disamping itu, Jepang memiliki kegiatan ekspor yang bisa diunggulkan untuk menghimpun kekuatan industri, seperti industri tekstil, alas dan industri padat karya lainnya yang dimulai sejak tahun 1900-an.
Walaupun pada awalnya sasaran Jepang adalah pasaran dunia di lapisan terbawah, tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Diperlukan kurun waktu selama 50 tahun bagi komoditi ekspor Jepang, yang pada awalnya dibantu oleh teknisi dari luar negeri, kemudian menerapkan serta mengadaptasikan diri dengan teknologi baru. Pada Industrialisasi Jepang, ciri utama yang paling penting adalah adanya pembatasan arus masuk penanaman modal asing di Jepang untuk menghindari persaingan dengan pasar dalam negeri Jepang, dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, teknologi, modal dan lain-lain.
Keberhasilan industrialisasi yang telah dibuktikan oleh Jepang menyebabkan banyak negara-negara berkembang melaksanakan industrialisasi. Karena dengan pengalamanya tersebut, dapat disimpulkan industrialisasi adalah suatu keharusan karena dipercaya dapat menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan per kapita setiap tahunnya. Walaupun mayoritas negara berkembang melaksanakan industrialisasi yang bertujuan untuk mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan yang biasa dialami. Untuk lebih memajukan industrinya serta menutupi keterbatasan akan sumber bahan mentah dan energinya, maka Jepang perlu mengadakan suatu hubungan dalam bentuk kerjasama dengan negara lain, yaitu dengan negara yang kaya akan sumber bahan mentah dan energi, yang dalam hal ini Indonesia termasuk didalamnya.
Dan Keberhasilan Jepang dalam membangun ekonominya adalah karena usaha bangsa Jepang  sendiri. Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi raksasa di dunia dari keadaan masyarakat feudal – agraris yang  miskin  dalam waktu  hanya 100 tahun merupakan suatu riwayat keberhasilan. Jika kita melihat keberhasilan yang dimiliki Jepang itu, maka dapatlah dikatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu keajaiban. Jepang yang pada abad ke-19 merupakan negara yang masih terbelakang, kini menjadi sebuah negara  industri yang produknya hampir seluruhnya mengalir ke seluruh kawasan di dunia. Keberhasilan Jepang ini didukung oleh sumber daya yang ada, yakni sumber daya manusianya. Heru U. Kuntjorojakti memberikan analsisnya yang terperinci tentang perilaku ekonomi Jepang untuk mencapai keberhasilan, antara lain adalah semangat kerja dari orang-orang Jepang yang luar biasa dan rasa identitas pekerja-pekerja-pekerja Jepang dengan perusahaan tempat kerjanya. Secara internasional Jepang adalah lebih mementingkan Jepang daripada negara lain di dunia. Namun keberhasila ini hampir-hampir dengan sendirinya memaksa Jepang untuk memiliki kekuatan militer. (Kuntjorojakti, 1983: 39)
Sebagai negara maju di bidang ekonomi, Jepang memiliki produk domestik bruto terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besardalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang berada di peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di dunia. Sebagai negara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB. Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika.
Penguasaan teknologi di Jepang tentunya didukung oleh sistem pendidikan yang bagus. Pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi diperkenalkan di Jepang pada 1872 sebagai hasil Restorasi Meiji Sejak 1947, program wajib belajar di Jepang mewajibkan setiap warga negara untuk untuk bersekolah selama 9 tahun di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (dari usia 6 hingga 15 tahun). Pada tahun 2002, tingkat melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 99%, laki-laki: 99%; perempuan: 99% (id.wikipedia.org).
Hampir semua murid meneruskan ke Sekolah Menengah Atas, dan sekitar 75,9% lulusan sekolah menengah atas pada tahun 2005 melanjutkan ke universitas, akademi, sekolah keterampilan, atau lembaga pendidikan tinggi lainnya. Pendidikan di Jepang sangat kompetitif, khususnya dalam ujian masuk perguruan tinggi. Dua peringkat teratas universitas di Jepang ditempati oleh Universitas Tokyo dan Universitas Keio. Dalam peringkat yang disusun Program Penilaian Pelajar Internasional dari OECD, pengetahuan dan keterampilan anak Jepang berusia 15 tahun berada di peringkat nomor enam terbaik di dunia.
Sistem pendidikan tersebut di atas ternyata berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan Jepang yang handal dan dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap ilmu pengetahuan serta teknologi di Jepang khususnya dan dunia pada umumnya.
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pembahasan kontribusi bangsa jepang dalam ilmu pengetahuan pada ilmu fisika saja, sedangakan untuk teknologi hanya akan diberikan beberapa contoh dari teknologi di Jepang yang memanfaatkan ilmu fisika sebagai konsep dasar inovasinya.

. Secara umum dapatlah dikatakan bahwa sejak terjadinya Restorasi Meiji, perkembangan ekonomi Jepang terus naik secara fantastis, meskipun sesekali terjadi depresi ekonomi. Peranan para pengusaha besar pemilik modal  dalam awal pembangunan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Dalam usahanya melangkah ke industrialisasi, pemerintah Meiji telah melakukan kerjasama dengan para pengusaha yang memiliki modal untuk mendukung pembangunan ekonomi khususnya dan bidang-bidang lain umumnya.
Suatu negara,  jika ingin pembangunan ekonominya berhasil maka harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain adalah atas dasar kekuatan sendiri dengan bertumpu pada kekuatan dan kemampuan perekonomian dalam negeri, kemudian adanya perubahan structural, yaitu perubahan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup perubahan lembaga, sikap sosial, dan motivasi serta adanya prasyarat sosial budaya yang menunjang pembangunan. Sedangkan faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah modal, di samping sumber daya alam dan manusia. (Wiratmo, 1992 : 7-8)

2.2  MASYARAKAT JEPANG DARI KEMISKINAN
Kemiskinan menjadi isu belakangan di tahun ini. Pada pertengahan 2000an, angka kemiskinan relatif di Jepang tercatat sekitar 15 persen. Masyarakat Jepang kebanyakan tidak menyadari tentang “kemiskinan” di sekitar mereka, karena orang-orang miskin yang bermunculan acap kali “tak terlihat”, dalam artian bahwa standar kehidupan mereka rendah.
Jepang pernah hancur dan porak- poranda dalam perang dunia II akibat pengeboman Amerika Serikat terhadap dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki. Di masa ini Jepang telah bangkit kembali dan berubah menjadi salah satu macan di Asia sebagai negara yang maju dan modern.
Namun di tengah hiruk- pikuk kemajuan Jepang itu, masih adakah orang miskin disana?
Mungkin dan tidak mungkin. Di Jepang sendiri sebagai negara yang terpandang sangat maju pun ada kemiskinan walaupun kecil angkanya. 
Mitos mengenai “Jepang sebagai masyarakat setara” telah tertanam begitu kuat dalam benak masyarakat, kesadaran tentang kemiskinan sebagai suatu masalah sosial di Jepang menjadi sangat rendah. Karena identitas “kelas menengah” begitu mengakarnya, isu kemiskinan dan ketidaksetaraan tidak menjadi bagian dari agenda politik nasional sepanjang 1970an hingga 1980an, dikarenakan perkembangan ekonomi Jepang yang mencapai dua digit dan standar hidup yang meningkat pesat. Keefektifan kebijakan sosial dalam memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan tak pernah dipertanyakan, dan kemiskinan pun “terlupakan”. Pemerintah tidak lagi mengumpulkan data statistik terkait kemiskinan sejak tahun 1960an, dan bahkan hingga sekarang tidak ada statistik resmi angka kemiskinan di Jepang.

A.    Kondisi  Sosial
Berdasarkan beberapa artikel yang telah kami baca, berikut merupakan gambaran sekilas tentang kondisi orang- orang miskin di Jepang. Beberapa waktu yang lalu kita pernah dikejutkan dengan berita kematian seluruh anggota sebuah keluarga di sebuah apartemen di Jepang dengan kondisi mayat- mayatnya sudah membusuk. Diduga bahwa kelaparanlah atau bunuh diri yang telah menyebabkan kematian mereka. Keluarga tersebut tidak termasuk keluarga yang terdaftar keluarga miskin yang rutin dikunjungi oleh pemerintah. Orang- orang yang tinggal disekitar pun tidak pernah mengetahui bahwa apartemen tersebut ternyata ditempati. Mungkin karena keluarga itu malu menunjukkan diri bahwa standar kehidupan keluarga itu rendah. Dilaporkan seorang tetangga pernah membujuk untuk menghubungi dinas bantuan saat si ibu dari keluarga tersebut meminjam uang setahun sebelum kematiannya. Sejumlah orang berupaya untuk tidak mau menerima bantuan atau mengontak pemerintah daerah setempat," kata seorang pengamat sosial Takeshiro Yoshida kepada koran Asahi Shimbun. Seperti halnya di Indonesia, di Jepang ada pula tunawisma yang meminta- minta. Setiap malam ada diantara mereka yang tidur di ruang terbuka, seperti trotoar, depan stasiun, emperan toko, ada pula yang mendirikan tenda di gang- gang buntu atau di taman.
Dimanapun, tetapi khususnya, di Jepang kemiskinan berujung kepada kematian, lebih dari 700 orang meninggal karena kelaparan sejak tahun 2000, menurut departemen kesehatan. Bulan lalu, dua kakak beradik perempuan berusia 40-an -salah seorang diantaranya cacat mental- ditemukan meninggal karena kedinginan di Hokkaido.
Banyak pihak yang khawatir angka ini akan meningkat karena tingginya angka penggangguran pada pria setengah baya dan juga dampak bencana tsunami dan gempa 11 Maret beberapa tahun lalu.

B.    Ketenaga- kerjaan
Satu dari setiap tiga pekerja di Jepang sekarang memiliki pekerjaan yang tidak teratur. Sementara beberapa pekerja tidak mau pekerjaan tetap, banyak dari mereka. Menghadapi masalah mereka sendiri karena resesi, banyak bisnis telah melepas banyak pekerja yang tidak teratur. Banyak orang di usia 20-an dan 30-an tidak dapat menemukan pekerjaan permanen.
Generasi Jepang berusia 39 tahun ke bawah banyak yang memilih bekerja paruh waktu atau sistem kontrak. Dibandingkan pekeraan tetap yang memberikan jaminan yang lebih baik, posisi mereka sangat rentan ketika terjadi krisis ekonomi karena status pekerjaan yang tidak tetap. Jika sewaktu- waktu terjadi krisis mereka dapat diberhentikan dari pekerjaan tersebut.

C.           Ekonomi
Angka-angka dari tahun 2007 menceritakan kisah menakutkan di antara jutaan dari 45.430.000 orang yang bekerja sepanjang tahun. Di bagian bawah, 3.660.000 orang memperoleh ¥ 1.000.000 atau kurang. Bergerak naik menjadi antara 1 dan 2 juta yen, ada 6.660.000 orang. Sebanyak 10,32 juta orang mendapat dibawah 2 juta yen untuk tahun ini, jumlah yang sangat kecil di Jepang. Sebagian ekonomi telah terus menurun, jumlah ini mungkin jauh lebih besar sekarang.
Sebelum terkena tsunami, ekonomi Jepang telah menyimpan masalah serius. Mereka menderita penyakit 3D, yaitu Depression, Deflation, dan Demographic. Ekonominya mengalami Depresi dan terjebak dalam Deflasi yang berkepanjangan, sementara populasinya menua (Demografi). Saat terkena tsunami, mereka mendapat derita dua tambahan “D” lagi, yaitu Disaster dan Destruction. Gabungan 5D tersebut dapat membawa masalah besar yang berujung pada penyakit persisten ke 6 yang selama ini menggayuti ekonomi Jepang, yaitu DEBT (hutang).

D.    Kebijakan dan Strategi Pemerintah Jepang
Berikut merupakan bunyi dari konstitusi di Jepang, Pasal 25: All people shall have the right to maintain the minimum standards of wholesome and cultured living. In all spheres of life, the state shall use its endeavors for the promotion and extension of social welfare and security, and public health.
Ternyata pasal 25 di dalam konstitusi Jepang memiliki bunyi yang mirip dengan pasal yang sangat terkenal dalam konstitusi Indonesia, yaitu pasal 34 UUD 1945: (1) Fakir miskin dan anak- anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Cetak biru utama kebijakan sosial Jepang adalah skema asuransi sosial semesta, yang dilengkapi dengan program-program kesejahteraan dan bantuan sosial lainnya yang relatif kecil. Empat program asuransi sosial Jepang adalah: Dana Pensiun (diberikan bagi pensiunan, penyandang cacat, dan bagi korban kecelakaan yang selamat), Asuransi Kesehatan Publik, Tunjangan Pengangguran, dan Perlindungan Jangka Panjang. Bahkan jaminan sosial juga diberikan kepada warga asing bukan penduduk tetap Jepang.
Namun sistem perlindungan sosial dan sistem pajak di Jepang tidak seefektif di negeri-negeri lain dalam hal mengurangi ketidaksetaraan dan, terutama, kemiskinan. Hal ini dikarenakan sistem perlindungan sosial Jepang pada umumnya didasarkan pada program asuransi sosial. Lebih dari 70% anggaran untuk program perlindungan sosial diperuntukkan untuk program asuransi sosial kelompok lanjut usia. Sistem asuransi kesehatan publik dan dana pensiun menghabiskan porsi terbesar pengeluaran dana keamanan sosial, atau hingga 24% dari total pendapatan nasional.
Oleh sebab itu perpindahan dana umumnya bersifat antar-generasi, dalam arti bahwa itu terjadi dari kelompok usia kerja menuju kelompok lanjut usia, bukan dari yang kaya menuju yang miskin. Juga, manfaat yang didapat dari skema asuransi sosial tidak selalu bersifat progresif. Manfaat tersebut didapatkan seseorang atas dasar kontribusi orang bersangkutan sebelumnya (dalam arti dihitung dari premi yang pernah ia bayarkan sebelumnya) dan bukan didasarkan pada “tingkat kebutuhan”. Itulah sebabnya, individu- individu miskin yang tidak berkontribusi banyak tidak dapat menerima manfaat perlindungan sosial yang sama dengan individu- individu yang lebih kaya.

2.3      Awal Modernisasi Ekonomi
Dalam usahanya untuk mempercepat perkembangan ekonomi, maka Jepang berusaha untuk melaksanakan perubahan-perubahan besar dalam sector ekonomi yang didukung oleh perubahan dalam sektor pendidikan dan pemerintahan serta sosial. Pemerintah Jepang pada masa Meiji telah berani mengambil resiko yang besar untuk melakukan percepatan dalam ekonomi terutama pada masa peralihan, di mana terjadi perombakan dari sistem ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern.
Perubahan yang terjadi dalam struktur pemerintahan maupun dalam sosial, seperti dalam hal penghapusan kelas samurai  membawa pengaruh pada kehidupan kaum samurai sendiri. Mereka yang tidak tertampung dalam pemerintahan dan militer memilih untuk terjun ke bidang-bidang pertanian, industri ataupun perdagangan. sebagai contoh adalah Iwasaki Yataro pendiri Mitsubishi dan Eichi Shibusawa yang memimpin Bank Daiichi. Hal ini memberi angin kepada sektor swasta untuk berkembang, sehingga sektor swasta menjadi alat bagi modernisasi Jepang, dan pemerintah sebagai pengawas dalam kegiatan tersebut.
Permulaan industrialisasi Jepang didukung oleh faktor pendidikan umum yang relatif  tinggi, akumulasi modal, dan keputusan dari pihak pemerintah untuk memajukan modernisasi, ketiganya merupakan gabungan danmerupakan satu kesatuan unsur yang perlukan untuk melaksanakan modernisasi dan industrialisasi. (Nakamura dan Grace, 1985: 6). Meskipun demikian faktor yagn menentukan adalah jiwa kewiraswastaan, karena tanpa ini dan penerimaan konsep kapitalisme oleh masyarakat, secara tidak langsung dapat diartikan bahwa tidak ada industrialisasi oleh pemerintah yang akan berhasil.
Untuk mendukung pembangunan ekonomi salah satu faktor yang berpengaruh adalah adanya kebijakan pemerintah untuk memajukan tingkat pendidikan masyarakat Jepang. Pemerintah mulai mengadakan pendidikan wajib dan bebas bagi seluruh rakyat selama empat tahun dan dibukanya berbagai macam dan tingkat sekolah hingga tingkat universitas. Sedangkan sistem pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan sistem pendidikan Barat, sehingga memberikan landasan untuk mengejar ketertinggalan Jepang dalam ilmu dan teknologi. Salah satu langkah yang dilakukan adlah mulai diadakannya penterjemahan berbagai buku ilmu ke dalam bahasa Jepang. Dengan adanya kesempatan yang luas dalam pendidikan ini, maka hasil yang didapat oleh para pemimpin Jepang adalah semakin meningkatnya mutu seluruh rakyat, tumbuhnya kesetiaan  kepada negara dan pemerintah, dan digerakkannya semangat untuk mempu belajar, sehingga hal ini memperkuat partisipasi rakyat dalam pelaksanaan modernisasi Jepang
Faktor pendidikan ini nantinya berpengaruh besar sekali kepada pertumbuhan Jepang menjadi suatu negara modern dan kuat dalam bidang ekonomi. Dengan pendidikan yang meluas akan tercipta tenaga manusia yang cakap dalam proses produksi dalam jumlah besar.; (Suryohadiprojo, 1987: 29). Perluasan pendidikan akan menciptakan tenaga-tenaga ahli di bidang-bidang yang diperlukan  untuk pembangunan demi kemajuan ekonomi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Baldwin, bahwa perluasan sistem pendidikan adalah penting khususnya di dalam usaha untuk melengkapi ahli-ahli yang menkhususkan diri dalam teknik yang dapat menciptakan teknologi baru, dan kemajuan teknologi ini merupakan kondisi yang diperlukan untuk kemajuan ekonomi. (Baldwin, 1980: 19).
Awal modernisasi ekonomi bagi pemerintah Meiji merupakan suatu langkah untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi perkembangan ekonomi modern di Jepang. Pada masa Meiji ini pula mulai dibentuk kerangka sistem baru, yaitu :
1.    sistem moneter nasional dengan Bank Jepang sebagai penerbit tunggal uang kertas;
2.    sistem fiskal berdasar pajak tanah;
3.    perluasan infrastruktur, termasuk jalan kereta api dan perkapalan;
4.    sistem pos dan telegraf di seluruh negeri;
5.    penggunaan  organisasi saham bersama sebagai bentuk badan hukum;
6.    impor mesin-mesin dan ahli teknik asing dan;
7.    pabrik-pabrik yang dijalankan pemerintah.
Dengan dasar rangka sistem tersebut, pemerintah telah berani memutuskan untuk memulai industrialisasi melalui kebijakan Shokusan Kogyo (mengembangkan industri dan memajukan perusahaan), sehingga Jepang mulai masuk ke dalam suatu tatanan ekonomi modern.

2.4            Usaha Alih Teknologi
Industri di Jepang diperkenalkan secara bertahap dalam urutan tertentu, hal  ini sebagai pengaruh dari pemikiran pencerahan yang sejak jaman Bakumatsu sampai restorasi Meiji  telah muncul. PrinsipWakon Yosai  (semangat Jepang dan ilmu pengetahuan Barat) merupakan salah satu ekspresi dari prinsip absorbsi, memasuki jaman Meiji berubah menjadi Saicho Hutan  (terima yang baik dan perbaiki yang kurang). (Surajaya, 1983: 15). Dalam usahanya untuk alih teknologi ini, pemerintah Meiji membuka pendidikan bagi seluruh negeri agar masyarakat mampu berperan serta dalam usaha alih teknologi tersebut.
Alih teknologi di Jepang dijalankan dengan giat sekali. Caranya adalah dengan mengimpor mesin-mesin, kemudian dipelajari cara menjalankan mesin-mesin itu, cara memelihara, memperbaiki kalau rusak, bahkan akhirnya dibongkar untuk ditiru serta dibuat sendiri. Alih teknologi ini memgang peranan sangat penting di dalam pembangunan ekonomi baru dan industrialisasi Meiji. Dengan dasar masyarakat Jepang yang telah mengenal cara berpikir ilmiah (rasional), maka alih taknologi dapat dipercepat.
Yang dimaksud  dengan alih teknologi Jepang adalah bagaimana Jepang mencari atau mengembangkan teknologinya yang diperoleh dari negara Barat dan bukannya bagaimana Jepang “diberi” teknologi oleh negara Barat. Setelah Jepang memiliki teknologi, bagaimana dia memanfaatkannya di dalam negeri maupun di luar negeri untuk kepentingan bangsa dan negaranya, bukannya bagaimana Jepang memberikan teknologinya kepada bangsa-bangsa lainnya yang masih terbelakang. Alih teknologi yang dalam bahasa Jepang disebut gijutsu ido digunakan dalam konteks pengalihan teknologi dari atau ke luar negeri. Sedangkan penyebaran teknologi  atau gijutsi denpa  digunakan dalam konteks penyebaran teknologi di dalam negeri. (Surajaya, 1990: 41).
Dalam usahanya alih teknologi, yang dilakukan pertama oleh Jepang adalah pengumpulan modal, karena dengan modal yang besar maka usaha untuk melakukan alih teknologi dapat berhasil. Motivasi Jepang pada jaman Meiji untuk melakukan industrialisasi telah mengakibatkan alih teknologi berjalan cepat. Alih teknologi telah mengarahkan Jepang untuk membangun sarana-sarana yang diperlukan dalam rangka industrialisasi, sehingga dengan alih teknologi, Jepang telah menciptakan suatu kerangka landasan untuk menuju negara industri.
Faktor pertama yang mendukung pemerintah Jepang untuk mengembangkan industri dasar dan pertanian tradisional adalah faktor sumber-sumber tambangJepang. Faktro ini memerlukan sistem peralatan modern untuk mengeksplitsai sumber-sumber tersebut serta memerlukan sistem pengangkutan yang ekstensif karena menyadari bahwa Jepang dikelilingi oleh laut. Faktor kedua  adalah sutera, yang merupakan komoditi utama Jepang untuk ekspor ke negara Eropa. Oleh karena itu pemintalan sutera perlu adanya mesin-mesin  mekanis yang dapat mempercepat dan meningkatkan produksi. (Reischauer, 1965: 78). Dengan modal yang dimilikinya membantu para pabrikan Jepang di dalam mengimpor mesin-mesin yang diperlukan. 
Usaha Jepang  untuk menjadi negara modern begitu besar dengan melalui alih teknologi. Jepang berhasil membangun industrinya meskipun proses alih teknologi mamakan waktu yang panjang dan tidak mudah. Kepandaian Jepang dalam mengadopsi, mengadaptasi, dan menemukan teknologi baru telah membawa Jepang menjadi suatu bangsa yang sejajar dengan Barat tanpa kehilangan ciri khas bangsa Jepang sendiri meskipun pada awalnya Jepang merasa kesulitan untuk melakukan adaptasi teknologi Barat, sehingga pada awal industrialisasi Jepang hanya berkonsentrasi pada reorganisasi dan pengembangan industri tradisional (tekstil). (Surajaya, 1990: 50).  Indsutri ini merupakan sarana pengumpul modal  yang akan digunakan untuk alig teknologi di samping perlu adanya teknisi-teknisi yang terlatih

2.5        Pembangunan Ekonomi Jepang
Mempelajari perkembangan perekonomian Jepang tidak bisa dilepaskan dari mempelajari struktur sosial dan budayanya. Pemerintah Jepang memprioritaskan pembangunan infrastruktur sosial, dan mengintegrasikan tradisi sosial ke dalam sistem pembangunan ekonomi. Dari tinjauan mikro, salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun sumberdaya manusia paska perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja Kelompok” (Team work), yang mana para ilmuan Jepang yang dikirim ke Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada semua anggota kelompoknya. Sedangkan dilihat dari aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan pembangunan.
Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya. Bukan hanya dari aspek pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur-fisik, dan lain-lain. Rakyat Jepang masa sekarang sudah menikmati fasilitas – fasilitas tersebut. Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan, mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Untuk sumber daya pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara – negara maju lainnya. Bangsa Jepang sangat sedikit menggunakan sumberdaya yang berasal dari hutang luar negeri terutama pada dekade awal pembangunan industri. Sementara Negara-negara Eropa seperti Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru menggantungkan pada foreign capital (hutang luar negeri) yang difasilitasi oleh “British Capital” dan “French Capital” pada era tahun 1800-an.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan Jepang enggan menggunakan fasilitas utang luar negeri, yaitu :
a. Investor asing tidak tertarik berinvestasi karena Jepang bukan Negara yang kaya sumberdaya alam sehingga “capital-inflow” dalam bentuk “Foreign Direct Investment (FDI)” tidak terjadi.
b. Pemerintah Jepang pada saat itu benar-benar belajar dari pengalaman Negara-negara lain yang mengalami kesalahan dalam mengelola foreign capital seperti yang terjadi di Negara Mesir dan Turki yang menyebabkan “kekacauan ekonomi” di kedua negara tersebut. Belajar dari kegagalan Negara lain, pemerintah Jepang giat mengkonsolidasikan sumberdaya domestik dan mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk menjadi mitra pemerintah dalam membangun dan memajukan perekonomian nasional serta membantu dan memfasilitasi masyarakatnya menjadi pengusaha-pengusaha baru. Dengan mengefektifkan sumberdaya-sumberdaya baru tersebut, Jepang memulai revolusi industrinya sebagai kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam sejarah Jepang, sebelum tahun 900, pinjaman luar negeri yang terbesar tercatat 5 juta yen yang dipinjam pada tahun 1870 ketika membangun ruas jalan kereta api antara Tokyo dan Yokohama. Prosentase pinjaman tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan total dana yang dipakai untuk membangun ruas jalan kereta api pada saat itu.
c. Memprioritaskan Pembangunan Infrastruktur Sosial. Keunggulan Jepang lainnya dalam hal rekonstruksi perekonomian pasca perang dunia II yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur fisik adalah bahwa infrastruktur sosial yang dibangun sejak masa keemasan samurai tidak ikut hancur. Meskipun infrastruktur fisik luluh lantak, pengangguran besar-besaran tak dapat dihindari, namun sistem pendidikan yang telah diwajibkan pada masa Tokugawa dan para “shohun” (jendral, militer) terus didorong agar masyakarat untuk terus belajar, terutama dalam hal membaca dan menulis serta terus membangun sistem pendidikan dan business tradition. Dua infrastruktur sosial penting inilah yang telah dibangun dan pada akhirnya menjadi landasan yang kuat dalam pertumbuhan ekonomi moderen di Jepang dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini mencerminkan bahwa “Sumber Daya Manusia” merupakan hal sangat penting sebagai bagian dari “infrastruktur sosial” dalam proses pembangunan. Dimasa lalu dalam sistem pemerintahan yang otokratis feodalisme, dimana Jepang masih menutup diri dari pergaulan internasional dan sistem perekonomian moderen tidak dapat dilaksanakan, peranan sekolah yang diprakarsai oleh kuil-kuil budha cukup mendorong iklim dan tradisi bisnis, sehingga masyarakatnya dapat bertahan secara berswadaya dan mandiri. Pertanian terutama hasil-hasil pertanian dilakukan dengan sistem cooperation and joint-undertaking.
Kebijakan proteksionis ini dilatarbelakangi oleh pandangan bahwa sebagai negara yang terlambat melakukan indutrialisasi (late industrial country), tertinggal dalam pembangunan vis a vis negara-negara barat, kekurangan sumber daya alam, jumlah penduduk yang besar serta tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap perdagangan internasional, maka Jepang harus melindungi infant industry dari kekuatan pasar luar negeri. Jepang selanjutnya menerapkan prioritas utamanya yaitu  mengejar pembangunan ekonomi atau “catching up” Barat. Strategi inilah yang kemudian mempererat hubungan kerjasama Japan Inc. karena kebijakan pemerintah, terhadap sektor industri misalnya, yang memberi bantuan dalam waktu resesi melalui kartel, pembebasan pajak, peningkatan kapasitas yang diatur dan sebagainya, sehingga mendorong perusahaan industri untuk berani dalam petualangan usahanya.
Strategi kebijakan pemerintah pada sektor perdagangan internasional berupa penetapan tarif dan non-tarif serta penetapan kebijakan pembatasan impor atas produk-produk dan jasa asing. Proteksi juga diberlakukan atas barang-barang modal, khususnya dalam bentuk FDI, yang merupakan karakteristik yang khas dari regim ekonomi autarki Jepang (Hirono 1992:339). Kebijakan ini diambil dengan pemikiran bahwa FDI yang masuk ke Jepang hanya akan merugikan kepentingan ekonomi Jepang. Pemerintah mengatur masalah FDI secara ketat melalui Foreign Investment
2.6            Tahapan Perkembangan Industri di Jepang
            Kemajuan ekonomi Jepang tidak dapat dilepaskan dari semangat restorasi yang diusung oleh sekelompok anak muda yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Semangat ketertinggalan yang kemudian juga menginspirasi para elit negara untuk membuka gerbang Jepang ke dalam keterbukaan telah mendorong lahirnya semangat pembaharuan dan pengejaran ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semangat ini salah satunya diwujudkan dengan perbaikan ekonomi yang dilakukan oleh kelompok konglomerasi keluarga yang dahulunya disebut sebagai kelas pedagang atau disebut dengan zaibatsu. Kelompok bisnis keluarga inilah yang kemudian menopang dan mendorong laju perekonomian Jepang.
Hal ini dapat terlihat dari dua fase perkembangannya yaitu dari fase sebelum perang sampai dengan sesudah perang. Dari dua fase tersebut dapat terlihat bahwa zaibatsu sebelum PD II berperan sebagai salah satu aktor yang ikut andil dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang khususnya dalam keputusan Jepang untuk terlibat dalam PD II. Hal ini didorong oleh semangat yang didorong oleh pemerintah melalui semboyannya “negara kaya militer kuat“. Kemudian pada fase kedua yaitu masa sesudah Perang, seiring dengan prinsip baru Jepang yang tertuang dalam konstitusi 1947 mengenai janji Jepang untuk tidak lagi terlibat dalam bentuk perang apapun dan akan berkonsentrasi terhadap perbaikan ekonomi, maka zaibatsu yang mengalami pembubaran akibat keterlibatannya dalam PD II ini di kemudian hari dengan bentuk dan namanya yang sudah berubah (menjadi keiretsu) tetap menjadi aktor utama dari perancang perbaikan ekonomi Jepang. Untuk itu peranan dan fungsinya dalam politik dan pemerintahan semakin penting, bahkan merupakan salah satu aktor dari dua aktor lainnya (dikenal dengan Three deadlock) yang sangat berpengaruh terhadap setiap pengambilan keputusan dan arah kebijakan di Jepang, khususnya di fase kedua ketika “strengthening economic power“ menjadi tujuan utama dari Jepang.










2.7            PERKEMBANGAN PERAN DAN FUNGSI ZAIBATSU DALAM POLITIK DAN PEMERINTAHAN JEPANG PADA MASA SEBELUM PD II
Zaibatsu yang disebut sebagai‚‘‘any of the large capitalist enterprises of Japan before World War II, similar to cartels or trusts but usually organized around a single family. One zaibatsu might operate companies in nearly all important areas of economic activity‘‘. Pada awal kemunculannya diawali pada masa kaisar Matsuhito atau lebih dikenal dengan kaisar Meiji (1852-1912). Hal ini ditandai oleh suatu peristiwa sumpah setia (charter oath) yang diproklamasikan pada 6 April 1868, yang isinya terdiri dari(I Ketut,2001:109):
1. Akan dibentuk parlemen
2. Seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan bangsa
3. Adat istiadat yang kolot dan yang menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan
4. Semua jabatan terbuka untuk siapa saja
5. Semua berhak mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara.
Menurut asal katanya‚‘‘Zaibatsu“ berasal dari kata zai berarti uang atau kekayaan dan batsu berarti klan, jadi zaibatsu bisa diartikan dengan klan kaya. Di masa kekaisaran Jepang, zaibatsu merupakan istilah Jepang untuk industri dan bisnis keuangan konglomerat. Istilah zaibatsu itu sendiri dalam sejarah Jepang, muncul kira-kira pada zaman Meiji. Zaibatsu adalah entitas bisnis multi lapis dan industri yang terdiversifikasi dikoordinasikan dari bagian atas oleh kantor pusat yang dikuasai keluarga atau perusahaan induk yang berada di bagian atas, beserta sebuah bank yang sepenuhnya milik sendiri, serta beberapa anak perusahaan di bidang industri yang mendominasi sektor-sektor tertentu sebuah pasar, baik secara sendirian atau melalui beberapa sub-anak perusahaan. Bank pribadi ini bertujuan untuk menyediakan sumber keuangan demi kesejahteraan Zaibatsu.
Zaibatsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya diversifikasi
2. Kepemilikan eksklusif oleh keluarga
3. Struktur organisasi dengan multisubsidiaris
4. Manajer profesional dari lingkungan pendidikan Tinggi
5. Memiliki decision maker yaitu keluarga
6. Memiliki tiga usaha yang saling menunjang yaitu; perdagangan, industri, dan keuangan
Walaupun, proses perkembangan zaibatsu dipengaruhi oleh dua fase yaitu fase pra-peperangan dan fase pasca peperangan, namun sebenarnya sejarah awal kelahiran dari zaibatsu ini muncul ketika Jepang berada dibawah kekuasaan Tokugawa yang berkuasa berturut-turut selama 15 generasi. Pada masa Tokugawa atau zaman Edo inilah Jepang mengalami berbagai penguatan diberbagai sektor, seperti budaya, sastra, kepercayaan, nilai-nilai, sampai kemajuan bidang Ekonomi yang dipelopori oleh sekelompok perusahaan keluarga yang dikenal dengan nama zaibatsu.
Zaibatsu yang muncul pada masa feodal ini awalnya merupakan kelompok pedagang yang kelas sosialnya tidak terlalu dianggap penting. Karena kepemimpinan Tokugawa merupakan kepemimpinan yang bersifat samurai (militer), maka kelompok pedagang hanya ditempatkan sebagai kelompok terakhir dari kelas sosial masyarakat Jepang. Kelompok sosial itu disebut dengan Shinokosho dimana shi berarti bushi (militer), no berarti nomin (petani), ko berarti kosakunin (pengrajin), dan terakhir adalah sho yaitu shomin yang berarti pedagang.(I Ketut, 2001;44)
Kelas sosial tersebut dibagi berdasarkan seberapa besar kontribusi yang dapat diberikan dari masing-masing kelompok. kelompok samurai yang berkuasa dan memimpin seluruh Jepang pada saat itu maka dianggap sebagai pemegang kontribusi terbesar dari kelompok lainnya dalam kelas masyarakat sosial di Jepang. Kemudian petani yang mewakili sebagian besar pekerjaan masyarakat Jepang pada waktu itu diletakkan pada posisi kedua, ditambah lagi berasnya dijadikan sebagai gaji pokok untuk para pejabat pemerintah, maka tak heran apabila posisinya dianggap penting oleh pemerintah Jepang pada waktu itu. Selanjutnya pengrajin, yang disebut pengrajin disini adalah sekelompok orang yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pertukangan. Kenapa pengrajin dianggap lebih penting dari pada kelas pedagang, hal itu dikarenakan pembangunan besar-besaran benteng pertahanan dan kuil-kuil merupakan aspek penting untuk menunjukan kekuatan dan sebagai benteng pertahanan. Yang terakhir adalah kelas pedagang, diletakkan sebagai kelas keempat dikarenakan dianggap belum banyak kontribusi yang diberikan dari kelas pedagang ini, sehingga kemunculannya masih terabaikan.
Bisnis yang mulai berkembang sejak pertengahan zaman (1603-1867) merupakan bisnis keluarga  yang pada saat sebelum terjadinya Perang Dunia I, diperoleh struktur piramida yang memiliki pengaruh besar terhadap kontrol penuh jalannya perekonomian Jepang pada waktu itu. Pada saat itu zaibatsu memiliki empat zaibatsu utama atau zaibatsu terbesar yang diantaranya adalah Mitsubishi zaibatsu, Mitsui zaibatsu, Sumitomo zaibatsu, dan Yasuda zaibatsu. Pada tahun 1900-an, saat pemerintahan Jepang baru memulai mendorong pertumbuhan ekonomi, zaibatsu terbesar ini mulai tumbuh besar. Hal ini dikarenakan semua zaibatsu besar ini dikembangkan setelah restorasi Meiji, yaitu sekitar tahun 1868.
Kelas sosial yang terabaikan pada masa Edo ini mengalami kebangkitannya di era Meiji yaitu era dimana Jepang sedang gencar-gencarnya mengejar ketertinggalan dengan Barat yang kemudian kejayaannya terus sampai memasuki masa pra perang. Berasal sebagai perusahaan terpadu, mereka berkembang pesat setelah restorasi Meiji, kudeta yang menggulingkan Shogun (Jenderal berkuasa penuh) dan mengakhiri 200 tahun Tokugawa feodalisme dan diperluas lagi dengan penumpukan militer di abad 20. Ledakan ini berkontribusi pada evolusi mereka ke dalam bentuk kelompok usaha khas zaibatsu. Sebagai contoh, zaibatsu Mitsubishi memulai pemisahan divisi bisnis internal dari galangan kapal, pertambangan, asuransi perbankan, dan perusahaan perdagangan menjadi perusahaan hukum yang terpisah antara 1917 dan 1920. (http://escholarship.org/uc/ itm/00m7d34g)
Zaibatsu berubah dari entitas perusahaan tunggal yang terintegrasi menjadi kelompok usaha yang terorganisir berbentuk piramid dari perusahaan induk yang mengawasi berbagai bisnis yang berbeda dengan berafiliasi secara legal. Markas zaibatsu memiliki dan mengendalikan modal bisnis afiliasi ganda dan pada gilirannya sepenuhnya dimiliki oleh keluarga. Kemudian hubungan dekat dengan negara dan politisi terkemuka, mereka dan keluarga zaibatsu lainnya juga merupakan bagian integral dari struktur kekuasaan sebelum perang. Kedekatan Pengusaha keluarga ini sudah terjalin semenjak berlangsungnya zaman Edo, yaitu ketika penguasa Shogun meminta pajak dari masing-masing hasil penjualan danuntuk mendanai projek-projek pembangunan benteng-benteng pertahanan semasa feodal.
Untuk membahas mengenai zaibatsu maka tidak terlepas dari sejarah kemunculan zaibatsu-zaibatsu ternama seperti berikut adalah sejarah terbentuknya zaibatsu-zaibatsu terbesar di Jepang yang dikenal dengan “The Big Four“.

2.8        Aplikasi Perkembangan Industri di Jepang
Jepang adalah salah satu dari tiga negara dunia dengan ekonomi terbesar serta termaju didunia. Berdasarkan survei banyak lembaga internasional, ekonomi Jepang adalah ekonomi terbesar kedua di Asia (Dibawah RRC) dan ketiga didunia (Selain AS dan RRC). Jepang selama ini dikenal sebagai negara yang inovatif dan kreatif serta memiliki semangat berkarya yang tinggi sehingga walaupun bangsa mereka bukan bangsa penemu mereka mampu menciptakan berbagai penemuan-penemuan terpenting dalam sejarah dunia.
Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan dan kemajuan Jepang ialah karena Jepang memiliki kultur dan watak penduduk yang mau bekerja keras, pantang menyerah, berjiwa wirausahawan sejati, berani dan sangat berdisiplin. Data dari PBB ditahun 2011, Jepang memiliki GDP perkapita $37,039 dan GNP perkapita $30.455, dengan demikian Jepang berada diurutan ke 21 negara dengan GDP dan GNP perkapita terbesar didunia.
Ekonomi Jepang adalah ekonomi no.3 yang tercepat sepanjang sejarah modern umat manusia selain ekonomi Korea Selatan dan RRC. Tonggak kebangkitan dan kemajuan ekonomi Jepang dimulai sesaat setelah Jepang dikalahkan Sekutu dalam perang Dunia ke-2. Saat kota-kota dan ekonomi yang pernah dibangun Jepang sebelum 1945 hancur, bangsa Jepang membangun negaranya hanya dengan modal dengkul ditambah semangat kerja, etos kerja dan kedisiplinan. Tak perlu waktu yang lama, mereka mampu membangun kembali ekonomi dan negerinya menjadi salah satu yang raksasa ekonomi global.
Ekonomi Jepang yang bertumbuh dengan cepat, dalam sekejap telah mampu menembus pasar internasional sekaligus menumpas pameo lama “produk Jepang enak dipandang, cepat dibuang”. Sejak akhir tahun 1950-an produk-produk manufaktur Jepang telah menyaingi produk-produk manufaktur AS dan negara-negara Eropa sehingga dibeberapa negara terjadi anti-Jepang dan pelarangan produk-produk Jepang. Meskipun begitu, Jepang tetap percaya diri dan membuktikan bahwa bangsa mereka adalah yang unggul.
Ekonomi negara Jepang yang dibangun sekitar tahun 1946, dibangun dengan pondasi yang kuat dengan industri berat, manufaktur dan jasa sebagai penopang utama perekonomian mereka. Industri milik Jepang adalah industri yang terbaik di dunia (tahun 2008 mengalahkan AS). Industri Jepang menjadi raksasa dunia sejak 1960 sampai 2004. Industri Jepang sejak lama topang oleh modal yang besar, SDM yang berkualitas, ketersediaan listrik dan peralatan pendukung yang canggih.
Industri utama Jepang yang paling dikenal dunia adalah otomotifnya (baik motor ataupun mobil), tetapi lebih dari itu Jepang juga negara penghasil kapal, elektronik, ponsel, mesin, robot (android), baja (metal), komputer, tekstil, sutera, bio-industri, semikonduktor, farmasi, kertas, petrokimia, makanan,  teknologi ruang angkasa, alumunium dan lainnya. Hampir semua industri di Jepang laku di ekspor. Mau bukti? lihat saja, di jalan-jalan Indonesia, India, Malaysia dan Filipina banyak dijumpai mobil buatan Honda, Suzuki, Toyota, Hino, Isuzu, Mitsubishi dan Mazda. Alat-alat rumah tangga didominasi alat buatan Jepang seperti Sharp, Mito, Mitoshiba, Toshiba, Canon dll. Peripheral, panel plasma, semikonduktor dan komputer merek Canon, Hitachi, Fujitsu dan Toshiba juga diminati dunia.Sampai sekarang, Jepang adalah negara industri paling sukses sepanjang sejarah.
Selain itu, Jepang juga menguasai global melalui industri anime (animasi) dan produk perfilman mereka. Anime (animasi) Jepang menyerbu dan laris manis dipasaran dunia seperti : Doraemon, Ninja Hatori, Naruto, One Piece dll. Dari industri animasi-nya (anime), Jepang membukukan keutungan bersih total sekitar 2.983,03 milliar Yen. Wow, fantastic bukan?
Walaupun Jepang negara maju, negara ini tidak melupakan bidang usaha lain seperti pertanian dan peternakan. Pertanian di Jepang tergolong maju dan menerapkan intensifikasi pertanian, sehingga walaupun luas wilayah Jepang yang dijadikan lahan pertanian kurang dari 15 % Jepang dapat berswasembada memenuhi kebutuhan domestiknya. Lain halnya dengan Indonesia yang dikaruniakan Tuhan banyak sumber alam sampai sekarang belum mampu berswasembada bahan pangan, ironis sekali. Pertanian di Jepang kebanyakan menggunakan sistem hidroponik, aeroponik, pupuk hijau/kompos, mesin panen dan mesin-mesin pembajak yang modern. 2011 lalu, Jepang berhasil berswasembada atas komoditas beras, kedelai, kacang tanah, rumput laut, teh, tomat, sayuran, kubis, pir, jeruk, aprikot, lobak, jagung, kentang, ketan, gandum, bunga dan wasabi. Meskipun swasembada, untuk membuat Sanbei, Jepang masih mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand.
Pertambangan adalah usaha yang kurang berhasil di Jepang, karena bumi Jepang sangat miskin dan sedikit sekali menghasilkan mineral. Bumi Jepang tercatat hanya menghasilkan garam, batubara, tembaga, bauksit, emas, biji besi, biji nikel, tungsten dan gas alam dalam jumlah sedikit, yang jauh dari cukup. Hanya energi air, panas bumi, angin dan panas matahari yang terdapat dalam jumlah yang melimpah.
Perikanan, perikanan Jepang sangat maju dengan dukungan alat-alat penangkapan ikan yang modern, armada yang besar dan bermodal serta area penangkapan yang sangat luas. Tak heran Jepang pernah menjadi produsen ikan nomor 1 dunia sejak 1968 sampai 1996. Pada 1996, produksi ikan di Jepang terus merosot dan akhirnya berada diposisi ke-enam sampai sekarang. Tetapi, armada perikanan tetap merupakan yang terbaik didunia. Hasil perikanan/tangkapan nelayan Jepang pada umunya yaitu : tuna, cakalang, sarden, makerel, cod, haring, paus, anjing laut, salem, kepiting, gurita, cumi, belut laut, udang, salmon, kerang tiram, saury dan jenis-jenis lain. Sedangkan, babi, sapi, kuda, domba, ayam, itik dan anjing laut serta buaya dan ular adalah hasil peternakan Jepang.









BAB III
PENUTUP
3.1            KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Jepang dikelompokkan sebagai salah satu negara maju karena menguasai teknologi. Teknologi yang tercipta tersebut adalah hasil pemikiran para ilmuwan sebagai salah satu elemen bangsa. Mereka telah bekerja keras untuk menemukan inovasi baru di bidang sains.
Para ilmuwan tersebut merupakan hasil dari suatu proses pendidikan yang baik serta didukung oleh kebijakan pemerintah dalam perkembangan di bidang sains dan teknologi. Kesemuanya mengarah pada suatu kesimpulan bahwa dengan memiliki sistem pendidikan yang baik serta dukungan dari kebijakan pemerintah akan menghasilkan para ilmuwan yang kompeten di bidangnya. Dari para ilmuwan inilah suatu bangsa dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tercipta karya teknologi baru yang inovatif dan akan menjadikan suatu negara mejadi negara maju.
Ekonomi Jepang adalah salah satu yang terbaik, tersehat, terbesar dan termodern didunia. Ekonomi Jepang bertumpu pada industri, jasa, manufaktur dan telekomunikasi yang menyumbang 78 % GDP-nya. Walaupun sudah menjadi negara yang maju dan berbasis teknologi, Jepang serta merta tidak  melupakan bidang usaha yang lain. Bahkan, dewasa ini pemerintah Jepang memberikan insentif yang besar kepada para petani, nelayan dan peternak. Karena usaha intensifikasi dibidang pertanian dan peternakan, Jepang akhirnya berswasembada pangan.







3.2          SARAN
Semangat restorasi yang dimulai pada era Meiji telah mendorong Jepang kedalam semangat industri. Industrialisasi yang dipelopori oleh sekelompok penguasaha-pengusaha konglomerasi yang dulunya dikuasi oleh sekelompok keluarga di Jepang ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi Jepang sampai saat ini. Seiring dengan perubahan zaman, peranan dan fungsi dari zaibatsu-pun berubah, namun peranannya dalam memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jepang tidak dapat dipungkiri.
Disamping strategi perekonomian yang tepat, yaitu menghindari hutang luar negeri dan memanfaatkan perusahaan – perusahaan lokal, salah satu faktor penentu pesatnya pembangunan Bangsa Jepang adalah masih dipertahankannya nilai – nilai tradisional. Dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi mereka mengembangkan model mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa konsep dan sistem perekonomian yang dipakai di barat dianggap baru mencapai proses “bahan-baku”, dan belum “ready to use.”. Itulah yang menyebabkan Jepang bisa segera bangkit dari kehancurannya setelah perang dunia II. Jepang memiliki perencanaan pembangunan yang sangat matang dan detail.
Pembangunan di Jepang memberikan gambaran perbandingan yang seharusnya memotivasi pembangunan di Indonesia. Dengan tidak melupakan nilai-nilai tradisi yang membangun akan memberikan warna tersendiri untuk pembangunan Indonesia ke arah yang positif. Dengan membaca atrikel ini kita seharusnya malu dengan keadan-keadaan pembangunan yang tidak memperhatikan nilai-nilai tradisi yang seharusnya dijaga oleh bangsa sendiri. Indonesia sebagai negara berkembang seharusnya mampu membawa kearah pembangunan yang lebih baik dan dapat menjamin kualitas hidup masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA


Comments

Popular posts from this blog

Wawancara Bersama Bidan Profesi Mulia

Hallooo.. hi mau posting wawancara aku , febthy dengan bu bidan di salah satu tempat di kota jambi , khususnya didaerah kotabaru. wawancara ini dilakukan saat aku masih kelas 11 SMA di SMAN6 Kota Jambi sebagai Tugas. Kami mencari informasi Pandangan Hidup ibu RR.Tatiek yang sekarang menjadi bidan, bagaimana kisahi bu tersebut hingga menjadi seorang bidan yang melayani masyarakat? yukk baca wawancara kita guys. semoga bermanfaat.... TEMA                             : BIDAN SEBAGAI PANDANGAN HIDUP PEWAWANCARA         : -           INAYAH NOVELIA RIZKI -           FEBTHY DWI AULIA NARASUMBER             : BIDAN RR.TATIEK S. Inayah          : Selamat Siang buk Bidan            :  Ya.. Siang. Inayah          :  Permisi buk maaf mengganggu sebentar, bolehkah saya berbincang sebentar? Bidan            :  Iya boleh, ada apa ya ? Inayah          :  Perkenalkan kami siswi dari SMAN 6 saya Inayah Novelia Rizki Febthy          : Dan saya Febthy Dw

BUDAYA TARIAN MELAYU INDONESIA

TARI ZAPIN MELAYU Halloo , aku balik lagi nihh hihihi (so happy) Indonesia sangat beragam macam adat,istiadat dan kebudayaan , salah satunya TARI TRADISONAL adalah salah satu kebudayaan yang ada dlam suatu daerah di DUNIAA. Tarian sudah ditemukan sejak lampau (scroll this out)  Tari zaman prasejarah / zaman primitive Zaman primitif adalah zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar anatara tahun 20.000 SM – 400 M. Pada zaman masyarakat primitive ada 2 zaman yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu kemungkinan tari – tarian hanya diiringi dengan sorak – sorai serta tepukan tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah terdapat peninggalan instrument music yang ada sangkut pautnya dengan tari yaitu nekara atau kendang yang dibuat perunggu. Diantara lukisan – lukisan yang menghias nekara itu ada lukisan yang menggambarkan penari yang pada kepalanya dihias bulu – bulu burung

SISTEM PEMERINTAHAN AFRIKA SELATAN

SISTEM PEMERINTAHAN AFRIKA SELATAN Afrika selatan menerapkan sistem politik demokrasi anti-apartheid. Bentuk negara Afrika Selatan adalah kesatuan dan bentuk pemerintahan republik. Sistem pemerintahan di Afrika Selatan adalah presidensial. Parlemen di Afrika Selatan terdiri dari dua bagian, yaitu majelis nasional dan dewan nasional provinsi. Setiap Provinsi di Afrika Selatan mempunyai satu penggubal undang-undang negeri dan Majelis Eksekutif yang diketuai oleh seorang Perdana Menteri atau “Premier”. 1.     KEDUDUKAN PRESIDEN/RAJA/KAISAR Presiden Afrika Selatan memegang dua jabatan yaitu sebagai Kepala Negara dan juga Kepala Pemerintahan. Ia dipilih sewaktu Majelis Nasional ( National Assembly ) dan Majelis Provinsi-provinsi Nasional ( National Council of Provinces ) bergabung. Lazimnya, Presiden adalah pemimpin partai mayoritas di Parlemen. National Assembly mempunyai 400 anggota yang dipilih melalui pemilu secara perwakilan proporsional. National Council of Provinces