"B E L I E V E":
in letter piece of memories
[Minggu, 10 April 2005, 23.45]
Saat yang lain sudah terlelap , aku juga melelapkan jiwaku dengan menulis surat ini
Ketika itu aku sempat berfikir untuk menjadi yang lain selain diriku, menjadi seekor binatang tampaknya lebih layak, dibandingkan menjadi AKU sekarang.
Di sini seakan aku hidup dirajam oleh duri-duri tajam. yang membuat aku harus kuat, sabr dan bertahan. dan sewaktu-waktu itu akan menjadi bom waktu untuk diriku dan duri yang menusukku.kenapa?
Duri , apa kah kau tahu? aku dulu memang tampak indah dan menyenangkan untuk kau sakiti , tanpa kau sadari aku lemah dan menghitung hari aku menjadi jenazah yang membusuk , apakah kau sadar? selama kau menyakiti ku, tampaknya kau bahagia dan aku lemah. tapi aku percaya saat kau menjerat ku dengan duri mu itu , dan aku mati pun , perlahan dan kau pasti akan merasakan pilu yang aku rasakan dan airmata yang akan terjatuh tiap malam nya di wajah dingin mu itu.
Malam ini semua airmata, piluku dan letihku selalu ingin menjatuhkan semua rasa yang telah terlanjur membuat hati ku mati. melampiaskan kan semua walau hanya seorang diri, dengan nurani dan otak ku bergejolak tiap detiknya , seakan aku ingin mati , mematikan nurani ku , dan percaya yang pernah aku dapat.
Aku ingin menolak semuanya aku ingin berontak aku ingin menjauh aku ingin sendiri aku ingin menjadi DIRIKU SENDIRI, Tetapi jalan ku tak aku temui, yang Kau beri duri disekujur tubuhku , yang menekan ku tiap mili detik nya? kenapa Kau lakukan ini Tuhan?
Aku tak ingin menyalahkan Takdir yang sudah di suratkan padaku , tapi kenapa ini sangat membelengguku? menekanku? Dan Kenapa Mereka tidak!!? Hanya Aku satu, seorang, sendiri.
Aku tak ingin menyalahkan Takdir yang sudah di suratkan padaku , tapi kenapa ini sangat membelengguku? menekanku? Dan Kenapa Mereka tidak!!? Hanya Aku satu, seorang, sendiri.
Hari ini , aku melihat teman-teman ku, memperhatikan setiap pagi nya ,mereka selalu bahagia dan bercerita kisah nya yang bahagia, sesekali hanya bercerita tentang kisahnya yang sedih , tapi menurutku itu hanya percekcokan sangat sangat kecil dan umumnya semua begitu . dan aku telah melewati itu tiap mili sekonnya, dan aku cukup berbangga diri ternyata saat ini aku masih KUAT.
(membaca surat dengan gemetaran dan genggaman kuat) Jelas dan membekas sekali (air mata menetes di surat yang kusam itu), rasa yang aku rasakan saat itu , menulis ini dengan isak yang aku tahan , senyum kecil dan bagaimana basahnya kertas ini dengan air mata yang terjatuh. saat itu aku tak bisa bernafas melawan dan menahan hati ku yang sangat berdarah dan perih itu.(sambil menghapus air mata yang berlinangan).
bersambung.................................................
Comments
Post a Comment