Semoga dan Terima Kasih Ku
(puisi ini didedikasikan untuk kalian pejuang semua kebaikan terhadap ketidakadilan dari koruptor maupun kejahatan yang buruk)
—
Terkadang kita memang harus berjalan kedepan, terus berjalan menyusuri jembatan kehidupan yang penuh ambisi, mengesampingkan hal yang terjadi di sekitar kita. Melaju mencapai tujuan hingga menembus ekspektasi.
—
Tapi, apa boleh abai dan apatis? Jembatan yang kita pijak sudah tergerogoti tikus? Tikus kenyang, nyawa di ambang.
—
Terserah padamu itu kendali mu itu hak mu, abai atau tidak itu sesuka mu, memilih untuk pergi, atau melihat 1000 orang akan mati, tidak ada dosa. Tapi tidak ada juga untukmu pahala.
Kalau memang kau seorang punya hati, kau akan peduli.
Nyawa yang hilang akibat hama, ya seharusnya itu dimusnah.
—
Sekarang atau nanti itu ditangan.
Usaha kecil atau besar ada di perbuatan.
Jangan mati walau takada yang peduli.
Penyemangat ini untukmu Manusia Baik, Aku kutip sedikit kata dari ๐๐ฅ๐ข ๐๐ข๐ง ๐๐๐ข ๐๐ก๐๐ฅ๐ข๐: "๐๐๐ณ๐๐ฅ๐ข๐ฆ๐๐ง ๐๐ค๐๐ง ๐ญ๐๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐๐๐, ๐๐ฎ๐ค๐๐ง ๐ค๐๐ซ๐๐ง๐ ๐๐๐ง๐ฒ๐๐ค๐ง๐ฒ๐ ๐จ๐ซ๐๐ง๐ -๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐ฃ๐๐ก๐๐ญ. ๐๐๐ฉ๐ข ๐ค๐๐ซ๐๐ง๐ ๐๐ข๐๐ฆ๐ง๐ฒ๐ ๐จ๐ซ๐๐ง๐ -๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐๐๐ข๐ค."
Tetaplah berjalan walau,
Sekujur tubuhmu membiru
Tetaplah bicara hingga
Suaramu dan teriakmu terdengar oleh langit ketujuh,
—
Terima Kasih untuk yang selalu melawan ketidakadilan,
Terima Kasih merelakan demi ketidakadilan,
Ku semogakan untuk para Hama, musnah diterpa Keadilan dari Kami yang di Tindas oleh Kekuasaan.
—
๐Kotabaru, Jambi
Inayah Novelia,
Comments
Post a Comment